Di dalam kamar hotel mewah di Paris, Mama Helena mondar-mandir sambil menggenggam ponselnya dengan ekspresi wajah marah. Ia baru saja menerima telepon dari Bibi tentang kondisi Alena yang sedang dibawa ke rumah sakit akibat kram hebat. “Ya Tuhan, Alena! Kenapa harus saat ini?! Dan kenapa si bodoh Tristan malah pergi ke Bandung dengan perempuan licik itu?” gerutunya dengan napas tersengal karena emosi. Ia sudah mencoba menelepon Tristan lima kali, namun ponsel anaknya tetap tidak aktif. “Dasar anak bodoh!” bentaknya marah, menatap layar ponselnya dengan kesal. “Kenapa bisa sebodoh ini nurut sama akal licik Melina? Apa dia nggak sadar kalau semua ini cuma akal-akalan supaya dia nggak bisa dampingi Alena melahirkan?” Mama Helena mendudukkan diri di tepi tempat tidur hotel, lalu mengusap