Mobil Ferrari itu akhirnya berhenti dengan kasar di depan sebuah gudang baja tua yang terlihat angker dan terpencil. Ferrin melompat keluar, matanya dengan cepat menyapu kondisi sekitar. Suasana sunyi dan meresahkan, hanya diiringi desir angin yang mengusik rumput liar tinggi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan lain. Firasatnya mengatakan inilah tempatnya. Dia berlari menuju pintu gudang yang besar dan terkunci rapat dengan sebuah gembok besi yang kokoh. Tidak ada waktu untuk mencari kunci atau memanggil bantuan. Ferrin melihat ke sekeliling dengan cepat, dan matanya tertuju pada sebuah batang besi tua yang tergeletak di antara rerumputan, mungkin bekas rangka bangunan. Dengan tenaga yang didorong oleh kepanikan dan amarah, ia meraih batang besi itu. “Demi Nyra,” geramnya dalam hati. D

