Ferrin dan Nyra turun dari mobil dengan langkah yang masih terasa hangat oleh kedekatan semalam. Ketika memasuki lorong klinik, Ferrin otomatis menggenggam tangan Nyra, menautkan jemari mereka erat seolah takut melepaskannya lagi. Nyra langsung menoleh panik, wajahnya memerah. “Dok… lepaskan tanganku. Bagaimana kalau ada yang melihat? Para petugas medis di sini… apa yang akan mereka katakan nanti?” bisiknya cemas sambil mencoba menarik tangannya, tapi Ferrin justru menghentikan langkah. Ia menatap tangan mereka yang masih bertaut, seakan menimbang sesuatu yang sudah bulat dalam hatinya. Lalu Ferrin mengangkat pandangannya pada Nyra, matanya tenang, tapi mantap. “Nyra,” ujarnya lembut namun tegas, “Kamu bukan pasienku lagi. Status kamu sudah berubah… kamu kekasihku.” Ferrin meremas lembu

