Ferrin awalnya hanya diam, terkejut oleh keberanian Nyra yang tiba-tiba menautkan bibir mereka. Namun ketika ciuman itu semakin dalam, ia tak lagi bisa menolak. Rasa rindu yang selama ini ia tekan pecah seperti gelombang besar yang menenggelamkan seluruh logikanya. Napas mereka berpadu, hangat dan bergetar. Tangan Nyra bergerak naik, menyusuri tengkuk hingga menyentuh rambut Ferrin, jemarinya bergetar saat menyelusup di sana. Ciumannya semakin dalam, penuh kerinduan yang tak sempat diucap. Ferrin pun akhirnya menyerah. Ia membalas, menarik pinggang Nyra mendekat ke tubuhnya, membiarkan jarak di antara mereka lenyap begitu saja. Baju yang dikenakan Nyra bergeser sedikit, memperlihatkan kulitnya yang lembut di bawah cahaya lampu redup. Ferrin menahan napas, merasakan kehangatan kulitnya di

