Mobil Ferrin dan Nyra terus melaju menjauh dari pusat kota, melewati deretan toko dan gedung. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, tenggelam dalam kecemasan tentang Sakha hingga tak menyadari satu hal penting bahwa sejak dari area kantor, sebuah mobil hitam melaju perlahan mengikuti mereka dari kejauhan. Mobil itu menjaga jarak, tidak terlalu dekat untuk mencurigakan, namun tidak pernah sampai kehilangan jejak. Setiap kali Ferrin berbelok, mobil itu ikut berbelok. Setiap kali mereka mempercepat laju, mobil itu pun menyesuaikan. Di dalamnya, pengemudi memperhatikan mereka dengan tatapan tajam. “Jadi benar… siapa dokter yang bersamanya itu,” gumamnya, jemarinya mengetuk setir dengan gelisah. Dari sorot matanya jelas ia bukan sekadar penasaran, ia sedang mengamati, menilai, dan menung

