Bel pintu berdenting nyaring, memecah kesunyian sore di rumah Nyra. Di balik pintu, berdiri Sakha dengan raut wajah yang dipenuhi tekad dan sisa kegelisahan. Ini adalah kunjungan keduanya hari ini, setelah sebelumnya ia pulang dengan tangan hampa karena rumah ini sepi. Kekecewaan itu berubah menjadi kecurigaan membara, mendorongnya untuk kembali dan membuktikan dengan mata kepalanya sendiri apakah Nyra benar ada di rumah, atau apakah ia harus mengubur dalam-dalam desas-desus yang mulai menghantuinya tentang klinik dan seorang dokter. Pintu terbuka. Dan di sana, berdiri Nyra sendiri yang membukakannya, wajahnya mencerminkan kejujuran yang tak terduga. “Sakha? Kamu datang?” sapa Nyra, berusaha menutupi detak jantungnya yang berpacu. “Ya, I miss you, darling. My fiancee,” sahut Sakha, la

