Grisel kemudian keluar dari ruangan dokter Ferrin dengan langkah pelan, masih menunduk malu. Ia kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian yang kering. Begitu menutup pintu, ia menyandarkan punggungnya di dinding dan menatap langit-langit sambil mengembuskan napas panjang.
“Dokter Ferrin… kenapa baik sekali padaku, sih?” lirihnya sambil menunduk, wajahnya memanas. Bayangan kejadian tadi terlintas jelas di benaknya, bagaimana Ferrin dengan sigap menangkapnya saat hampir jatuh, bagaimana tangan pria itu menahan pinggangnya agar tidak terhempas ke lantai. Seketika pipinya kembali memerah.
Ia buru-buru menepuk pipinya sendiri. “Aduh, kenapa jadi mikirin itu,” gumamnya malu.
Setelah berganti baju, Grisel duduk di tepi ranjang. Namun hatinya masih berdebar tidak karuan. Untuk menenangkan diri
