Bab 4: Fakta Yang Sesungguhnya

1469 Kata
*** Ruang Mediasi, École Élégance de Lumière… Miss Martha berdiri kaku di sudut ruangan, wajahnya pucat pasi. Begitu pandangan matanya bertemu dengan tatapan dingin Oscar, tubuhnya bergetar tanpa sadar. Dia lalu melirik ke arah Émile, salah satu staf pengajar senior, yang juga terlihat sama tegangnya. ‘Ya Tuhan, mengapa mereka tiba-tiba ada di sini?’ batin Miss Martha penuh kepanikan. Kehadiran Oscar dan Brianna membawa aura yang begitu mencekam, mempengaruhi semua orang di ruangan itu. Di sisi lain, pasangan suami istri yang duduk berdampingan, orang tua dari anak yang menjadi lawan konflik Savana, tampak bingung dengan suasana ini. Wajah mereka mengernyit melihat ketakutan yang jelas tergambar di wajah para guru. ‘Siapa mereka? Mengapa semua orang tampak takut?’ pertanyaan itu memenuhi pikiran mereka. Sexyana, yang duduk di ujung meja, tetap menjaga sikapnya. Meskipun ada gejolak emosi yang terlukis di wajah cantiknya, ia memilih untuk tetap tenang dan elegan. Dalam benaknya, ia ingin sekali berlari ke pelukan kakaknya dan ibunya. Namun, Sexyana tahu ini bukan saatnya. ‘Aku bukan Sexyana Nuella Blaxton yang lemah.’ Ia tetap mempertahankan martabatnya. Ia sadar bahwa bersembunyi dalam pelukan keluarganya di depan orang lain hanya akan menunjukkan kelemahannya. Oscar melangkah maju, tubuhnya yang tinggi dan kokoh semakin mempertegas kehadirannya. Setelan jas hitam berbahan premium dari Tom Ford yang dikenakannya, dengan kemeja putih sempurna dan dasi satin gelap, memancarkan aura seorang pria berkuasa. Sepatu kulit Italia dari Berluti berkilauan sempurna, melengkapi penampilannya sebagai pemimpin yang tak tertandingi. Ialah sang Devil. “Apa yang terjadi di sini?” suara berat dan seraknya menggema di ruangan, mengusik keheningan yang sebelumnya hanya diisi oleh napas tertahan mereka. Mata tajam Oscar menyapu ruangan, mengamati wajah-wajah pucat para guru dan staf yang berusaha menyembunyikan ketakutan mereka. Sebelum Miss Martha sempat menjawab, pria yang merupakan ayah dari anak yang terlibat konflik dengan Savana berbicara. “Aku tidak tahu siapa kau,” katanya, suaranya penuh keberanian yang dipaksakan. “Tapi aku akan menjawab pertanyaanmu—” Namun, ucapan pria itu terputus oleh suara Oscar yang tegas, dingin seperti es. Bahkan lebih dingin. Sangat dingin. “Akan ku perkenalkan diriku dengan senang hati.” Tatapan Oscar menusuk langsung ke pria itu. “Aku adalah Oscar Grey Blaxton, paman dari Savana Lyoraa Blaxton.” Ruangan langsung terasa lebih mencekam. “Oh… bagus!” Pria itu tiba-tiba menepuk tangan, nadanya penuh sarkasme. Ia tampak tidak terpengaruh oleh aura intimidasi Oscar. “Ternyata kau paman dari anak nakal itu. Pantas saja kelakuannya seperti preman, pamannya saja seperti ini!” desisnya dengan penuh penghinaan. Brianna, yang berdiri di sisi putranya, mendengar ucapan itu dan langsung merasa darahnya mendidih. Matanya menajam penuh amarah, meski ia tetap berdiri anggun. Dalam hati, ia ingin sekali menghantam wajah pria itu dengan tas Hermès Birkin Himalaya Diamond, yang menggantung di lengannya—tas paling mahal di dunia, Namun, di sisi lain Oscar tidak bereaksi seperti yang diharapkan. Ia justru terdiam, matanya menyipit tajam, seolah mengukur setiap detail garis wajah pria itu. ‘Pria malang,’ pikir Oscar dalam diam, ekspresinya tetap dingin. Ia tidak menunjukkan sedikitpun tanda bahwa penghinaan itu memengaruhinya. Miss Martha, yang berdiri di dekat meja, tampak ingin pingsan. Dia tahu bahwa ketika Oscar bersikap seperti ini, sesuatu yang serius sedang ia rencanakan. Dan biasanya, rencana itu tidak akan berakhir baik untuk siapapun yang menjadi lawannya. Pria itu kembali membuka mulut, kali ini dengan tatapan meremehkan yang diarahkan pada Oscar. “Aku dan istriku meminta pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan anak wanita ini!” suaranya menggema di ruangan, penuh emosi dan tuduhan. Wajahnya memerah oleh amarah yang memuncak, jari telunjuknya menunjuk langsung ke arah Sexyana. Sexyana menoleh, pandangan matanya tajam, berkilau seperti belati yang siap menusuk jantung lawannya. Tatapan itu membuat semua orang di ruangan, kecuali pria itu, merasa bergidik. “Turunkan tanganmu sebelum kupatahkan!” suara Sexyana terdengar rendah namun penuh ancaman. Namun, pria itu mengabaikan peringatan Sexyana. Dia justru mengalihkan pandangan ke Oscar, penuh keberanian. “Aku akan membawa kasus ini ke ranah hukum! Anak kami mengalami patah tulang gara-gara keponakanmu!” serunya dengan lantang. Oscar tetap berdiri dengan tenang, meski aura dingin yang mengelilinginya semakin terasa berat. Rahangnya mengeras sebelum akhirnya ia membuka suara. “Keponakanku tidak akan melakukan sesuatu yang melampaui batas jika tidak ada yang mengusik ketenangannya,” timpal Oscar dengan suara dingin. “Apakah kau sudah memastikan bahwa anakmu tidak memulai sesuatu lebih dulu?” Pria itu segera menanggapi dengan nada keras. “Tidak mungkin! Aku mengenal anakku dengan baik!” Oscar sedikit menyipitkan matanya, memberikan tatapan tajam. “Dan kau pikir aku tidak mengenal keponakanku dengan baik?” jawabnya dengan sarkas. Pernyataan itu langsung membungkam pria tersebut. Wajahnya yang memerah karena emosi kini berubah gelisah. Dia mencoba menahan tatapan Oscar, tetapi dengan cepat mengalihkan pandangannya. Disisi lain, Brianna, yang sejak awal berdiri di dekat putranya, akhirnya membuka suara. “Miss Martha, saya ingin melihat rekaman CCTV pada saat kejadian. Tolong tunjukkan kepada kami semua, apa yang sebenarnya terjadi hingga cucu saya terpaksa mematahkan tangan lawannya.” Setelah jeda sejenak, Brianna kembali melanjutkan, “Karena permasalahan ini tidak akan selesai tanpa bukti. Dan saya yakin, dengan bukti rekaman CCTV saat kejadian akan menentukan akhir dari permasalahan ini!” Miss Martha menelan ludah. Wajahnya yang sudah pucat kini tampak semakin pucat. Tanpa berpikir dua kali, ia segera mengangguk. “Baik, Mrs. Blaxton,” jawabnya, dengan patuh. Tentu saja, siapa yang berani menolak permintaan keluarga Blaxton? Mereka bukan hanya donatur terbesar di sekolah ini, tetapi juga memegang pengaruh besar yang membuat semua orang merasa wajib memberikan penghormatan ekstra. Dengan langkah tergesa, Miss Martha segera memberi instruksi kepada stafnya untuk mempersiapkan rekaman CCTV di ruangan lain. Sementara itu, suasana di dalam ruang mediasi semakin sunyi. Tak berapa lama menunggu, pintu ruang mediasi terbuka, dan seorang staf sekolah masuk sambil membawa perangkat rekaman CCTV. Alat itu terdiri dari sebuah laptop canggih dengan logo yang menunjukkan merek teknologi terkemuka, terhubung dengan proyektor beresolusi tinggi. Beberapa kabel terlihat rapi, tersambung ke sistem layar besar yang menempel di dinding ruangan. Layar itu sangat lebar, memenuhi hampir seluruh sisi dinding. Tanpa banyak bicara, staf tersebut segera mempersiapkan segalanya. Dalam hitungan menit, rekaman siap untuk diputar. Suasana ruang mediasi menjadi semakin tegang ketika video mulai ditampilkan dalam layar penuh. Ketika rekaman berputar, suasana di dalam ruangan seolah membeku. Pada video, terlihat kelas dalam keadaan sepi, hanya ada dua anak yang tersisa di sana: Savana Lyoraa dan putri pasangan suami istri yang sebelumnya lantang meminta pertanggungjawaban. Awalnya, Savana tampak duduk tenang di mejanya, asyik menggambar sesuatu di atas selembar kertas. Namun, tiba-tiba anak itu mendekatinya dari belakang, merampas kertas gambar dari tangan Savana, lalu merobeknya menjadi beberapa bagian. Potongan-potongan kertas itu dilemparkannya ke udara seperti sampah. Pasangan suami istri itu mulai tampak gelisah, terutama sang istri yang memegang tangan suaminya dengan erat. Di sisi lain, Sexyana duduk anggun namun sorot matanya tajam, nyaris tak berkedip, menyaksikan setiap detik rekaman tersebut. Brianna mendengus keras, merasa muak dengan perlakuan anak itu terhadap cucunya. Kembali ke video, Savana tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Dia dengan sabar menerima tindakan semena-mena itu, lalu dengan tenang kembali duduk di kursinya, hendak menggambar di kertas baru. Namun, situasi dengan cepat berubah. Anak itu, tanpa alasan jelas, tiba-tiba menarik kerah baju Savana dengan kasar. Tarikannya begitu kuat hingga Savana terjatuh ke lantai. Semua yang ada di ruangan menahan napas. Savana bangkit perlahan. Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa batas kesabarannya telah habis. Namun, anak itu tampaknya tidak puas. Ia meludah ke wajah Savana, lalu dengan brutal menjambak rambut panjangnya. Di sinilah segalanya berubah. Savana segera melawan. Dengan gerakan cepat, dia meraih rambut lawannya, menjambaknya balik hingga anak itu kehilangan keseimbangan. Savana, yang kini mengambil kendali, menghantamkan kepala anak itu ke atas meja dengan kekuatan yang mengejutkan untuk anak seusianya. Tak berhenti di situ, Savana kemudian memegang lengan anak itu dan memelintirnya dengan teknik yang tampak terlatih. Dalam hitungan detik, terdengar suara tulang yang patah, membuat suasana di ruang mediasi semakin mencekam. Rekaman berhenti. Keheningan menyelimuti ruangan. Wajah pasangan suami istri itu berubah pucat, jelas menunjukkan rasa malu dan kaget yang luar biasa. Brianna menyilangkan kedua tangan di depan dadanya dengan ekspresi puas. Sementara Sexyana tetap tak bergeming, matanya mengamati pasangan itu dengan intens, menunggu respons mereka. Oscar adalah yang pertama membuka suara, suaranya berat dan dingin seperti biasa. “Jadi, ini anak yang kau bilang ‘tidak mungkin melakukan sesuatu yang salah’?” tanyanya, tatapannya menusuk langsung ke arah pria itu. Pasangan suami istri itu terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Suasana ruangan berubah menjadi medan intimidasi yang sempurna. Setelah Oscar selesai berbicara dengan nada dingin, Brianna tiba-tiba membuka suara. Tidak seperti biasanya, kali ini emosinya tampak meledak-ledak. “Di mana anak kalian sekarang?” Tanyanya tajam, suaranya memecah keheningan di ruangan itu. Ia memajukan tubuhnya sedikit ke depan, tatapannya menusuk langsung ke pasangan suami istri yang kini tampak semakin terpojok. “Biar ku panggang dia hidup-hidup!” Deg! Ucapan itu membuat semua orang di ruangan terpaku. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN