Barry mengantar keduanya hingga ke depan pintu kamar rawat Alin. Lisa berjalan lebih dulu menuju pintu lift, sementara Arman masih berdiri di ambang pintu, menatap Alin yang duduk di tempat tidur. Namun, Alin memalingkan wajahnya, menolak untuk menatap balik ke arah Arman. Saat Arman melangkah pergi, aroma parfum yang samar tapi familiar menggelitik indranya. Arman berhenti sejenak, mengernyitkan kening. Itu aroma parfum yang dia kenal. Kepalanya berputar perlahan ke arah Barry yang berdiri tak jauh darinya. Pandangan Arman berubah penuh selidik. Tapi Barry hanya memberikan senyum sopan, seolah tidak menyadari apa yang dipikirkan Arman. "Hati-hati di jalan," ucap Barry dengan nada datar. Arman tidak menjawab, dia hanya mengangguk singkat sebelum berjalan menyusul Lisa yang sudah menungg