Arman perlahan melonggarkan pelukannya, melepaskan Alin dari dekapan eratnya. Ia memandang wajah Alin yang masih basah oleh air mata, dan tatapan sendunya seolah ingin mengatakan segalanya perasaan bersalah, cemas, dan kasih sayang yang tak terungkap selama ini. Alin menatap balik, matanya yang merah dan sembab kini dipenuhi emosi yang sulit dijelaskan. Ada kehangatan yang mengalir di antara mereka, sesuatu yang membuat waktu seolah berhenti. "Alin ...." Suara Arman nyaris berbisik, penuh keraguan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan, tatapan Alin berbicara lebih dari kata-kata. Perasaan yang selama ini ia coba sembunyikan tampak begitu jelas di sana. Keinginan untuk merasa dicintai, dilindungi, dan diterima sepenuhnya. Arman bisa merasakannya, dan tanpa berkata apa-apa lagi, ia perlah