Matahari mulai merangkak turun, menciptakan pantulan warna keemasan di atas air laut yang tenang. Angin pantai yang sepoi-sepoi mengibarkan rambut Alin, yang kini bersandar di bahu Arman. Suasana di antara mereka begitu hening, seolah-olah semua kekacauan dan amarah yang sempat menguasai hati mereka telah terhapus oleh keindahan alam di hadapan mereka. "Arman," lirih Alin, suaranya hampir tenggelam oleh suara ombak yang perlahan menghempas pasir. "Apa yang sebenarnya kita lakukan? Aku punya suami, dan kamu punya istri. Bukankah ini ... salah?" Arman menghela napas panjang, matanya menerawang jauh ke horizon, seolah mencari jawaban yang selama ini ia hindari. "Aku tahu ini salah," ujarnya dengan nada berat. "Tapi ... aku tidak bisa mengabaikanmu, Alin. Aku tidak bisa berpura-pura tidak