Lisa memandang Alin yang masih tampak gemetar. Dengan lembut, ia meraih tangan Alin dan berkata, “Alin, kamu tidak apa-apa? Kamu boleh cerita padaku.” Alin berusaha menahan air mata yang hampir jatuh. “Aku baik-baik saja, Lisa. Terima kasih, tapi aku bisa mengatasinya,” jawabnya dengan senyuman kecil yang jelas terpaksa. Ia menatap bayangannya di cermin, melihat wajahnya yang berantakan karena emosinya tadi. “Baiklah kalau begitu, Kita perbaiki riasanmu dan keluar dari sini oke?” Alin terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Oke, terima kasih, Lisa.” Dengan terampil, Lisa mulai memperbaiki riasan Alin. Dalam waktu singkat, wajah Alin kembali terlihat segar, meski matanya masih menyiratkan kesedihan yang tak bisa disembunyikan. “Sudah selesai. Kamu terlihat cantik, Alin,” ucap Lisa sambil