Alin terdiam sejenak, hatinya terasa seperti dibekap oleh sebuah beban yang sangat berat. Kata-kata ibunya yang terus-menerus menekannya, menambah rasa sesak yang sudah ada sejak lama. Namun, kali ini, batas kesabarannya akhirnya pecah. Ia tak bisa menahan semuanya lagi. “Cukup, Ma! Cukup!” Alin berteriak, suaranya serak karena tangis yang mulai pecah. "Kenapa Mama selalu seperti ini? Kenapa Mama terus menganggap aku tidak cukup? Kenapa Mama tak pernah melihat apa yang sudah aku lakukan? Apa Mama tidak tahu betapa beratnya semua ini untuk aku?!" Air mata yang sejak tadi menahan diri kini jatuh deras. Tubuh Alin mulai bergetar karena emosi yang meledak. Ia tidak peduli lagi jika suaranya terdengar terlalu keras atau terlalu emosi. Semua yang ada dalam dirinya terasa seperti ingin tumpah