“Kenapa kamu meladeni sikapnya?” suara Arman terdengar bergetar dengan amarah yang ditahan, matanya tajam menatap Alin. Alin menarik tangannya dari genggaman Arman dengan kasar, ekspresinya penuh kebingungan dan ketidakpercayaan. “Apa maksudmu? Aku hanya melakukan pekerjaanku! Dia customer, dan aku melayaninya seperti seharusnya.” Arman mendekat, wajahnya masih menampilkan kekesalan. “Melayaninya? Apa menurutmu sikap dia tadi sopan? Cara dia menatapmu seperti itu, cara dia berbicara seolah sedang menggoda! Kamu tidak boleh bersikap murahan seperti itu!” Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Arman, meninggalkan jejak kemerahan. Alin menatapnya marah dengan napas yang memburu. “Apa ini semua karena kejadian semalam? Kamu pikir aku murahan karena itu?” suaranya bergetar. Arman terkejut