Di tempat lain, Arman dan Alin sama-sama termangu menatap ponsel mereka di tangan. Arman menoleh pelan pada Alin dengan tatapan iba, dia tahu perasaan mereka saat ini dalam situasi yang sama. Tapi Arman merasa tidak tega melihat wajah sedih Alin yang bahkan seolah menahan tangis. Bibirnya bergetar sebelum kemudian berucap lirih dengan suara bergetar. “M-mungkin mereka kebetulan sedang sibuk di waktu yang sama, j-jadi … jadi telpon kita tidak diangkat begini,” tuturnya dengan senyum sedih di wajahnya. Arman cukup mengangguk mengiyakan, dia tak mau melawan pendapat Alin yang justru terdengar seperti sedang menghibur diri itu. “Ya, mungkin seperti itu. Ide untuk menelepon mereka bersamaan seperti ini justru hanya akan menambah overthinking,” ucapnya tersenyum tipis. Alin menggenggam ponse