“Pulang sana!” Pria paruh baya itu melempar bantal ke arah Aslan yang tetap berbaring di atas tempat tidur meski matanya sejak tadi sama sekali tak bisa terpejam. “Ck, berisik!” Aslan membalikkan badannya yang bertelanjang d**a, luka di perut dan punggungnya sudah mengering sebagian. Itulah alasan ia tak masuk kantor sejak kemarin dan tak terlihat di mana pun. Aslan tumbang setelah bertanding di atas ring dengan gila-gilaan. Sakit di sekujur badannya membuat Aslan sangat bergantung pada orang lain, dalam kasusnya kali ini adalah pelatihnya yang bersedia menampungnya untuk sementara. Karena seperti biasa, Aslan menolak untuk dirawat di rumah sakit. “Pulang, Aslan. Istrimu pasti mencarimu.” Pria paruh baya itu duduk di tepi ranjang, meninju lengan Aslan pelan saat bicara. Aslan mendengus