Keesokan harinya, Audri baru merasakan bahwa tubuhnya tak berdaya. Otot-ototnya terasa lemas dan tulang-tulangnya terasa remuk. Aslan memang selalu berusaha bersikap lembut padanya, tapi stamina pria itu tetap bisa ditandingi. Bagaimana mungkin gadis mungil itu bisa mengimbangi seorang pria dewasa dengan stamina setara petinju profesional? “Om, aku nggak sanggup ngapa-ngapain,” lirihnya lemah. Aslan yang baru saja keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk berangkat ke kantor segera mendekati Audri. “Kayaknya kemarin aku berlebihan banget, ya?” tanyanya penuh perhatian, tangannya membelai wajah Audri lembut, menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik sang istri. Audri menggeleng. “Aku yang belum terbiasa.” “Wah, kamu mau membiasakan diri. Aku jadi terharu.” Aslan nyengir senan