“Om, habis ini beneran udah, ya?” bisik Audri dengan nafas terengah. Aslan tak menjawab, ia sibuk mencium dan menggigit lembut bahu Audri sementara pinggulnya terus bergerak cepat, menjemput pelepasan yang entah sudah berapa kali mereka dapatkan malam ini. Audri mengerang pelan, cengkraman tangannya di punggung Aslan semakin menguat saat sensasi dari permainan mereka mulai mengambil alih tubuhnya. “Kamu udah nggak sanggup lanjut lagi?” Akhirnya Aslan berbicara. Nafas hangatnya membelai kulit Audri yang basah oleh air dan keringat dengan lembut. “Iya, nggak sanggup. Tapi masih enak,” lirih Audri di sela erangan dan desahannya yang kini memenuhi kamar mandi. Ya, mereka melakukannya lagi di kamar mandi saat hendak membersihkan diri. Ketika Audri mengira bahwa mereka sudah selesai, bahwa