“Cantik,” puji Aslan tulus. Matanya sama sekali tak bisa lepas dari sosok Audri yang kini telah siap menghadiri pesta di rumah Chandra. Senyum Audri mengembang lebar. “Beneran cantik?” Aslan mengangguk. Tatapannya seolah melahap sosok mungil itu. Ia berjalan mendekati sang istri, meletakkan tangannya di pinggang Audri lembut. “Cantik banget,” lirihnya sambil menunduk, menyapukan bibirnya ke leher Audri. Audri berdesis menahan geli yang menjalar dari tempat bibir Aslan mendarat. “Kenapa cium leher sih?” protesnya yang tidak terdengar seperti protes. “Mau cium kening atau pipi, kamu udah pake make up. Entar bedakmu nempel di bibirku terus masuk ke saluran pernafasanku gimana?” ucap Aslan mulai mendramatisir. “Terus mau cium bibir juga kamu udah pake lipstik, kalau nempel di bibirku giman