“Sudah lega?” tanya Arkan lembut saat melihat Audri mulai berhenti sesenggukan. Ia menawarkan tisu yang ada di dalam mobilnya untuk mengusap air mata Audri sementara dirinya tetap fokus menyetir. Mereka berpindah ke dalam mobil setelah tangis Audri semakin tak terkendali. Dan pada akhirnya Arkan memilih untuk membawa Audri berkeliling kota sambil memberi ruang pada gadis itu untuk menangis. Audri mengusap air matanya dengan tisu yang diberikan Arkan. “Sudah,” jawabnya setelah mencoba mengendalikan suaranya. Arkan tersenyum. “Sekarang mau ke mana? Kamu sudah makan?” “Belum.” Audri menggeleng, masih mengusap wajahnya dengan tisu. “Mau makan malam dulu?” tawar Arkan. “Nggak selera.” “Tapi harus makan, Audri.” Audri menghela nafas berat. “Gimana mau makan kalau mukaku kayak gini? Jelek