“Audri?” “Om?” Sepasang suami istri itu hanya saling tatap. Keduanya mematung, seolah tak ada yang berani bergerak lebih dulu. Meski hati mereka saling tarik-menarik, tapi gravitasi bumi seolah menahan tubuh mereka untuk maju. Sesaat setelah pengakuannya yang amat impulsif itu, Aslan akhirnya mengirim pesan pada Audri dan mengatakan bahwa Elang tak bisa tidur karena merindukannya. Aslan tak berharap Audri datang karena sudah larut, tapi ia tak memungkiri bahwa jantungnya serasa hampir meledak karena berbagai emosi yang meluap bersamaan saat melihat sang istri berdiri di depan pintu apartemennya. “Aku… nggak disuruh masuk nih?” tanya Audri memecah hening, berusaha terdengar baik-baik saja meski ia sedang menahan emosinya sendiri. Ada senyum tipis di bibirnya saat ia bicara. “Oh, iya.”