11. Bertemu Dan Jebakan Lanjutan

1036 Kata
Jauh di dalam d**a seorang Langit, seolah mendadak dipenuhi taman. Taman tersebut berhias bunga warna-warni bermekaran, lengkap dengan kupu-kupu yang tak kalah indah. Semua itu terjadi hanya karena kedua matanya tengah mengawasi Audi. “Entah ini yang ke berapa puluh kali. Namun lagi-lagi aku hanya bisa bersyukur. Akhirnya, Di. Akhirnya aku bisa lihat kamu sedekat ini lagi!” Sambil terus mengawasi, Langit juga tetap berbicara dalam hati. “Ya ampun boneka hidupku, ... aku beneran pengin peluk kamu bahkan lebih. Kamu jadi makin kurus, ya?” “Sekarang kamu tinggal di mana, sih? Kamu cuma makan makanan instan, heum?” “Apa kamu masih sedih karena musibah yang kamu alami? Jangan-jangan kamu mengalami masalah nafsu makan dan semacamnya.” “Serius aku ingin langsung menanyakannya. Aku ingin langsung melakukannya, dan aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi lagi, Di. Namun takutnya, ... takutnya kamu memang sengaja menghindari aku.” Demi mengikuti Audi, Langit sengaja tidak naik mobil. Ia meninggalkan sang sopir berikut mobil mahalnya di depan indomart dirinya bertemu Audi. Dari yang Langit awasi, Audi nyaris tidak pernah tersenyum. Namun setelah memberikan sebagian jajan dan makanan ke anak-anak pengemis yang dijumpainya di pinggir jalan, Audi jadi tersenyum. Itu saja, senyum yang Audi hasilkan benar-benar senyum kecil. Sambil terus mengikuti, Langit yang masih memakai setelan jas warna maroon, kerap memfoto maupun merekam setiap yang Audi lakukan, menjadi video di ponsel canggihnya. Di mata Langit, Audi sangat sempurna. Saking sempurnanya, di awal pertemuan mereka dan membuatnya menabraknya menggunakan mobil. Langit sempat yakin, Audi merupakan penampakan hantu. Setelah berjalan hampir lima belas menit lamanya dan sampai memasuki jalan sepi, akhirnya yang Langit ikuti berhenti. Namun, alasan Audi berhenti melangkah bukan karen wanita itu sampai di rumah dan semacam tinggal lainnya. Sebab Audi justru bergegas bersembunyi di balik semak-semak sebelah taman persimpangan jalan. Langit yang awalnya sengaja bersembunyi di sebelah pohon beringin sekitar jalan, jadi mengawasi apa yang sempat Audi awasi, sebelum Audi justru sampai sembunyi. Di tengah suasana yang makin petang, Langit melihat seorang pria berdiri membelakangi motor. Motor yang langsung Langit kenali terekam di CCTV mall. “Eh iya ... itu motor yang di CCTV bareng Audi. Terus, ... kenapa Audi terkesan sengaja menghindarinya?” lirih Langit yang kemudian diam-diam menyusul Audi. Ia menyelinap dari taman depan. Karena Audi terlalu fokus, wanita cantik itu tak menyadari bahwa di belakangnya, ada seorang pria yang menghampiri. “Hei ...?” lembut Langit sambil melongok dari kanan agak belakang Audi. “Suara ini? Sepertinya enggak asing?” pikir Audi seiring dirinya yang menoleh. Jantung Audi seolah lompat ketika pandangannya dipenuhi wajah langit. Kedua kakinya refleks mundur, dan ia langsung menjaga jarak. “Apa kabar? Ingat aku, kan?” Langit basa-basi, tetapi juga tak segan mengungkap kerinduannya. Bahkan, ia juga tak segan memeluk Audi erat. Audi nyaris jantungan akibat ulah Langit. “Ini orang kenapa? Dari perlakuannya dan setiap sentuhannya kepadaku. Innalilahi ... maksudnya, dia malah naksir aku?” pikir Audi buru-buru berusaha menyingkirkan dekapan Langit kepadanya. Demi menghargai Audi, Langit berangsur mengakhiri dekapannya. Di tengah suasana yang sepi, dirinya melakukannya dengan sangat hati-hati. “Di ... aku serius. Saat itu, ... sori karena aku terpaksa meninggalkan kamu.” Langit bahkan tak lagi menyebut dirinya saya, kepada Audi. Ia mengobrol santai layaknya kepada orang dekatnya, kepada orang yang dirinya sayangi. “Tenang, Di. Tenang. Pahami situasi. Pastikan apa yang terjadi. Jangan asal menarik kesimpulan. Ingat yang terakhir kalian lakukan. Bentar, yang terakhir kami lakukan. Kami berciuman bibir, sementara dia melakukan ciuman lebih sambil menahan wajahku menggunakan kedua tangan. Iya ... aku curiga, dia memang menyukaiku. Duh, ... niatnya hanya menjebak buat balas dendam. Kok iya, dia sampai suka aku!” pikir Audi yakin seyakin-yakinnya. Namun tiba-tiba saja, Audi jadi memiliki rencana lain. Bahwa dirinya wajib menolak dan terus mencampakkan Langit, sebagai bagian dari balas dendamnya kepada Aksara. “Di!” sergah Langit lantaran Audi buru-buru lari meninggalkannya. Layaknya ketika bersembunyi, Audi keluar dari pinggir taman. Sambil terus berlari, Audi juga terus memikirkan rencana lanjutan yang harus ia lakukan. “Di, tunggu, Di! Aku mau bilang kalau aku sayang kamu. Aku cinta ke kamu, Di! Berhenti dan dengarkan aku!” tegas Langit sambil terus melangkah buru-buru menyusul Audi. Jalan yang Audi tuju merupakan jalan tidak begitu luas dan memang sepi. Jalan khas komplek kelas menengah. Itu kenapa, walau Langit terbilang tertinggal, Audi bisa mendengar jelas apa yang baru saja papa mantan pacarnya itu katakan. “Benar ... dugaanku sungguh benar!” heboh Audi dalam hatinya. Tiba-tiba saja, rencana gila itu muncul di otak Audi. Audi yang sempat jadi lari lebih pelan, langsung menjadikan punggung Ken sebagai tujuan. “Oke ... oke, ini memang gila. Namun, ... namun enggak ada salahnya aku coba! Minimal, aku harus bikin om Langit patah hati dulu!'' heboh Audi yang lagi-lagi hanya berbicara dalam hati. Audi langsung memutari Ken, dan berdiri persis di hadapan pria itu. “D—Di?” Kedatangan Audi yang begitu tiba-tiba, sukses membuat Ken kaget. Namun yang membuat Ken makin kaget, wanita cantik dan sedang dirinya taksir mati-matian itu, meminta dirinya memeluk bahkan menciumnya. “Cium bibirku! Ada yang lagi kejar aku, tapi kamu enggak usah tahu siapa dia!” sergah Audi memaksa Ken. Terlebih, Ken malah cengar-cengir sambil menatapnya tak percaya. “K—Kak Ken!” sebal Audi yang buru-buru berjinjit. Sementara kedua tangannya yang menenteng kantong berisi belanjaan terbilang banyak, berangsur meraih kedua sisi wajah Ken. Detik itu juga, kedua tangan Ken balas meraih wajah Audi, sebelum akhirnya ia juga membuat bibir mereka menyatu. Menyaksikan apa yang Audi dan Ken lakukan, langkah Langit refleks menjadi lebih pelan. Nyawa Langit seolah dicabut paksa detik itu juga. Langit tahu apa yang terjadi meski ia hanya menyaksikan dari jarak sekitar lima meter, sementara yang ia saksikan pun punggung Ken. Punggung Ken dan juga motornya, Langit kenali sebagai bagian dari ketika Audi terekam di CCTV mall. Awal mula Langit melihat Audi di hari pertamanya datang ke Bandung. “Mereka pacaran? Enggak apa-apa sih, andai mereka memang pacaran. Nikah pun, aku tetap akan nunggu Audi. Eh enggak. Setelah ini, aku akan paksa Audi buat terima aku. Bagaimanapun caranya!” batin Langit. Tekadnya sudah bulat. Alasan Langit melipir pergi murni karena ia akan melakukan pemantauan kepada Audi, dari kejauhan. Agar dirinya tidak kehilangan jejak Audi lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN