Menikah dengan Lucas Leiva adalah impian sekaligus cita-cita terbesar Alexandra, dan hal yang sangat mustahil jika rencana yang sudah berjalan begitu sempurna itu tiba-tiba akan dia batalkan. Namun Sky juga bukan orang sembarangan yang akan menerima penolakan.
Sky adalah tonggak utama kekuasaan dunia bisnis keluarganya, bahkan sekelas bisnis keluar Lucas Leiva dan Gottardo bisa dia tumbangkan dalam hitungan menit saja. Namun Sky yang dulu terkenal arogan dan kejam itu sudah ikut terkubur bersama jasad Angelina, dan yang berdiri saat ini adalah Sky versi terbaru.
Masih dalam versi kuat, dan bergerak dalam gelap, tapi ada sisi lembut dan tenang di permukaan, bahkan kadang dia tidak akan sungkan untuk menunjukkan sisi manjanya di hadapan sang putri .
Mendengar sederet penolakan Alexandra, Sky sama sekali tidak merasa sakit hati. Dia mengerti bagaimana posisi Alexandra. Posisi di mana dia yang begitu mencintai seseorang, dan obsesi untuk memiliki orang itu yang begitu kuat.
Sky pernah merasakan perasaan itu dulu , saat dia begitu terobsesi dengan cintanya pada Angelina, namun siapa sangka, obsesi itu justru membuat Angelina terluka begitu kuat, dan sekarang dia ingin memperbaiki semua ini , terlebih lagi Gabriella berkali-kali merengek ingin memiliki seorang ibu. Ibu untuk dirinya sendiri, dan tidak ingin berbagi ibu dengan keempat anak Daniel Fabiano, ataupun ke dua anak Lucas Fabiano.
Dia benar-benar ingin memiliki wanita yang bisa dia panggil Mommy dan hanya akan menjadi miliknya sendiri.
Selain itu adalah permintaan Gabriella, menikah lagi juga merupakan permintaan terbesar Kiray Agustin, ibunya Sky, juga Luci Mervino, ibunya Angelina, atau ibu mertuanya.
Jika kemarin-kemarin Sky selalu punya alasan untuk menolak keinginan ketiga wanita yang paling Sky hormati itu, akan tetapi tidak untuk saat ini. Sky sudah menemukan wanita itu, wanita yang sangat dia yakini bisa menjadi Ibu yang sempurna untuk satu-satunya putri yang dia miliki.
Lima bulan. Lima bulan Sky mencari keberadaan Alexandra, namun tidak bisa dia temukan. Meskipun dari lima bulan lalu Sky sudah mendapatkan alamat lengkap keluarga wanita itu, nyatanya iya benar-benar baru menemukan Alexandra beberapa bulan yang lalu, dan iya debar jantungnya berpacu dengan begitu lembut dan hangat saat mencoba menenggelami sorot tegas dari manik mata wanita itu.
Bisa dikatakan Sky kembali merasakan debar yang sama dengan apa yang dia rasakan kepada Angelina di masa lampau. Namun sayang, kali ini sepertinya Sky harus berjuang keras untuk mendapatkan hati wanita itu.
Setelah pertemuan itu, Alexandra ataupun Sky sama-sama meninggalkan tempat itu dan saat Sky sudah berada di dalam mobil, dia lantas menghubungi seseorang dan mengirim gambar pada orang itu untuk mencari tahu informasi terkait wanita yang baru saja masuk ke studio photo bersama Lucas, dan iya, tidak menunggu lama, sebelum Sky sampai di mension-nya, Sky sudah langsung mendapatkan informasi terkait wanita yang bersama Lucas itu, 'Jenifer Wee'. Putri salah satu konglomerat asal Brazil, dan orang tuanya juga bekerja sama dengan perusahaan raksasa yang Sky pimpin.
Meski bisa mengendalikan semua itu, nyatanya Sky tidak ingin bermain curang dengan mengandalkan kekuasaannya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, termasuk Alexandra. Namun Sky bertekad akan membuat Alexandra menyerahkan dirinya dengan suka rela tanpa harus memaksanya ini dan itu, dan itu harus sudah terjadi sebelum hari pernikahan Alexandra dan Lucas akhir pekan ini.
Setelah dari studi photo, Alexandra kembali ke rumah Lucas.
Iya, sejak pertunangan dua Minggu lalu, dia memang sudah langsung tinggal di kediaman Lucas , dan itu atas permintaan kedua orang tua Lucas sendiri, meskipun sejak saat itu , Lucas sama sekali tidak kembali ke Mension itu. Dia lebih memilih menemani Jane dan putrinya di penthouse yang sengaja Lucas beli untuk tempat tinggal Jane selama Jane ada di negara itu. Namun tadi Lucas jelas mengatakan jika dia akan pulang untuk menemui dan berbicara dengan Alexandra, dan hal itulah yang membuat Alexandra menunggu kepulangan Lucas.
Jam sudah menunjukkan angka sepuluh malam, dan Alexandra masih menunggu di kamarnya. Duduk di kursi balkon kamar itu dengan pandangan yang tertuju ke arah pintu gerbang besar Mension itu, berharap dia akan melihat Lucas pulang dan menemuinya. Namun sayang seribu sayang, sampai lewat jam dini hari dan Alexandra terlelap di kursi balkon kamar itu, Lucas tetap tidak pulang untuk menemuinya, bahkan sampai hari berikutnya dan berikutnya lagi, Lucas tidak juga menghubunginya, apalagi menemuinya. Tidak sama sekali.
Di tempat lain.
Di kediaman Gottardo.
Pagi itu, Nyonya Gottardo dan putranya sedang berdiskusi di ruang kerja Tuan Gottardo. Membahas rencana pernikahan Alexandra dan Lucas yang hanya tinggal menghitung hari.
Sesuai perjanjian Nyonya Gottardo dan Alexandra beberapa bulan lalu, delapan puluh lima persen aset / saham ibunya Alexandra yang akan Alexandra miliki setelah Alexandra menikah nanti akan langsung di alihkan atas nama Divo. Adik tirinya. Anak kandung dari ayahnya bersama wanita lain.
Iya. Sejak ibunya Alexandra meningal dua puluh dua tahun lalu, Tuan Gottardo memang menikah lagi selang beberapa bulan setelah kematian istrinya.
Tuan Gottardo menikahi wanita yang merupakan sahabat istrinya yang saat itu berstatus janda anak satu , dan memasukkan putri dari istri keduanya itu ke dalam kartu keluarga besar Gottardo.
Iya. Sejak Gottardo menikah lagi, sejak saat itu Alexandra tidak pernah lagi merasakan kasih sayang keluarganya. Ayahnya hanya fokus pada anak-anak dari istri keduanya, bahkan beberapa tahun lalu Alexandra pernah hilang tanpa kabar selama beberapa tahun.
Tidak satupun di antara mereka berusaha mencari keberadaan Alexandra, hingga akhirnya pengacara keluarga Alexandra membacakan surat wasiat dari kakek Alexandra, jika Alexandra mewarisi delapan puluh lima persen aset kekayaan keluarga ibunya, sementara Gottardo hanya kebagian lima belas persen saja.
Sejak itulah Tuan Gottardo mengerahkan kekuasaannya untuk mencari keberadaan putrinya, Alexandra dan iya, Alexandra di temukan di sekumpulan para anak-anak jalanan yang belakangan dia anggap sebagai keluarganya.
Meski hilang bertahun, nyatanya Alexandra tetap melanjutkan study, dengan bantuan para anak-anak jalanan yang memang tau siapa sosok Alexandra. Karena ternyata kakek Alexandra, adalah orang di balik hilangnya Alexandra selama beberapa tahun ini.
Sang kakek, Johanes, tau jika Alexandra terus berada di tengah mereka, tidak menutup kemungkinan Alexandra akan menjadi target selanjutnya, jadi dia sengaja membuat satu-satunya cucu yang dia miliki hilang dari pandangannya, hanya agar Alexandra bisa belajar bertahan hidup tanpa kemewahan dan manjadi sosok yang lebih kuat dan tangguh. Namun sayang, jatuh cinta membuat Alexandra lemah. Sangat lemah, dan itu adalah cobaan terbesar seorang wanita.
"Jadi bagaimana. Apa Mama yakin jika Alexandra tidak akan mengingkari janjinya untuk menyerahkan saham perusahaan itu padaku?" kutip Divo setelah membaca tiga lembar surat perjanjian yang di buat ibunya dan kakak tirinya, Alexandra.
"Tenanglah. Mama akan meminta dia mengumumkan pengalihan saham atas nama kamu tepat di hari pernikahan mereka. Lagian Mama juga punya perjanjian bisnis dengan Lucas, dan Mama yakin setelah hari pernikahan itu, semua akan jadi milik kamu!" Nyonya Gottardo benar-benar sangat yakin atas perjanjian yang sudah dia buat dengan Alexandra akan berjalan lancar, toh setelah pesta pernikahan itu, Alexandra akan menjadi nyonya dari keluarga yang kaya raya pula, dan sepertinya Alexandra juga tidak akan serakah untuk menguasai kekayaan kakeknya, mengingat lebih dari delapan tahun Alexander hilang dan belakangan mereka tahu jika selama itu Alexandra justru tinggal di tempat kumuh.
Mereka berasumsi bahwasanya sifat dan karakter orang-orang kumuh sudah melekat sempurna pada diri Alexandra, dan layaknya orang-orang kumuh tempatnya hanya di tumpukkan sampah.
"Aku harap Mama benar-benar tidak mengecewakan aku!" ujar Divo dengan sedikit nada menekan, tapi Nyonya Gottardo hanya membalas dengan tersenyum seolah semua rencananya memang sudah ditakdirkan untuk berjalan lancar.
"Tenanglah. Kau adalah putra Mama. Putra kebanggaan Mama, dan percayalah, Mama akan melakukan segala cara agar kamu bisa duduk dan menguasai apa yang seharusnya menjadi milik kita!" Nyonya Gottardo meyakinkan putranya, dan laki-laki yang tahun ini genap dua puluh dua tahun itu hanya terlihat menghela nafas dan detik berikutnya ada senyum meremehkan yang justru terbit dari wajah tampannya.
Tiga hari lagi adalah hari H pesta pernikahan Alexandra dan Lucas. Seperti yang sudah di jadwalkan, akan ada jamuan pesta untuk melepas masa lajang dari kedua belah pihak keluarga, dan pesta itu akan di gelar malam nanti, dan pagi itu, Alexandra keluar untuk sekedar mencari angin segar , sekalian bertemu dengan teman-teman lamanya, karena rencananya, Alexandra akan mengundang semua teman-teman lamanya dari perkampungan itu, karena Alexandra justru merasakan keterikatan keluarga di tempat itu, mengingat Alexandra ada di sana lebih dari delapan tahun.
Alexandra duduk di kursi taman di pinggiran kota, membaca satu persatu balasan pesan dari teman-teman di perkampungan itu, di mana mereka kompak mengatakan siap, dan sedang menuju taman untuk menemui Alexandra.
Senyum kebahagiaan masih senantiasa terpancar di bingkai wajah cantiknya, mata jernihnya terlihat berbinar penuh kelegaan karena pada akhirnya impiannya tiga tahun ini sebentar lagi benar-benar akan terwujud. Menikah dengan Lucas Leiva, dan menjadi Nyonya Leiva.
"Oke. Aku menunggumu!"
Alexandra membalas satu pesan yang baru saja masuk, lalu meraih cangkir ice coffee di atas mejanya untuk dia nikmati saat tiba-tiba sebuah bolak plastik melayang ke arahnya dan bola itu mengenai gelas es milik Alexandra dan iya, minuman itu langsung tumpah begitu saja ke pangkuan Alexandra, yang mana hal itu membuat Alexandra bangkit dari duduknya, dan mengibas-ngibaskan rok nya dari tumpahan air es itu.
"Ooh shitt... Apa apaan ini?!" Alexandra menatap roknya yang basah, dan detik berikutnya seorang anak perempuan menghampirinya.
"Oh maaf Tante. Aku tidak sengaja. Maaf...!" seru bocah perempuan itu sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan d**a seraya menatap wajah cantik Alexandra.
Alexandra menoleh untuk menatap bocah itu , dan langsung terpaku karena sorot mata birunya yang jernih.
Rambutnya panjang dan berantakan, senyumnya cemerlang dengan sorot mata cerahnya. Benar-benar terlihat seperti permata di timpa sinar matahari. Bersinar dan mengagumkan.
"Ooh so beautiful!!" hanya kalimat itu yang akhirnya lolos dari bibir Alexandra.
"Aku gak sengaja nendang bola ke arah Tante, jadi maafkan ya Tante!" ucap bocah itu lagi.
"My princess... Ayo... Ambil bolanya, atau kita akan kalah!" teriak seorang anak laki-laki tidak jauh dari sana, dan seorang anak laki-laki lain juga berlari ke arah jatuhnya bola untuk mengambil alih bola itu lalu menguasainya. Alexandra menoleh ke arah suara anak laki-laki itu, dan langsung mengerti jika mereka sedang bermain bola, dan dengan insting alaminya, Alexandra justru menarik bola yang jatuh di bawah mejanya menggunakan ujung kakinya, kemudian mulai menendangnya ke arah bocah perempuan itu.
Senyum Alexandra seolah menjadi isyarat jika semua baik-baik saja, dan bocah perempuan itu buru-buru mengambil alih bola yang baru saja Alexandra tendang ke arahnya kemudian menggiringnya ke tengah taman lagi untuk melanjutkan permainan mereka hingga bocah perempuan itu kembali mengoper bola tersebut ke temannya, lalu temannya itu berhasil mencetak gol.
Mereka bersorak gembira, begitu juga dengan Alexandra. Dia lupa jika roknya kali ini basah dan bernoda kopi. Namun bocah perempuan itu kembali menghampiri Alexandra yang tengah bersorak seolah dia adalah pemenangnya.
"Ooh Tante keren sekali. Liat... Aku jadi menang!" ucapnya.
"Oh itu biasa. Aku dulu juga sering main bola!" balas Alexandra, dan bocah perempuan itu semakin terlihat sumringah.
"Tante sudah punya anak belum?!" tanya bocah itu terus terang, dan Alexandra langsung menggeleng dengan senyum kekagumannya pada bocah cantik itu.
"Belum..!" Alexandra.
"Ooh pas banget. Aku juga gak punya Mommy. Apa Tante gak keberatan jika aku panggil Mommy?!" bocah perempuan itu kembali berseru penuh harapan, dan Alexandra diam sejenak. Bingung dengan permintaan bocah itu yang menurutnya terlalu berterus terang.
"Tapi...!"
"Aku gak punya Mommy, dan aku benar-benar menginginkan Tante menjadi Mommy aku. Boleh ya Tante. Boleh ya...!" bocah perempuan itu justru merengek dengan sorot mata yang terlihat memelas dan siap untuk menangis dan entah kenapa Alexandra justru merasa iba.
"Oooh emang Mommy kamu kemana Sayang?!" tanya Alexandra saat berjongkok di atas rumput untuk menyamai tingginya dengan bocah perempuan itu. Membingkai kedua sisi wajah bocah perempuan itu seraya menyibak rambutnya yang mulai jatuh di depan keningnya.
"Mommy aku pergi ke surga, dan belum kembali sampai sekarang... Jadi boleh ya Tante!" ucapnya lagi dan degup jantung Alexandra justru terasa bergemuruh karena jawaban bocah cantik itu.
Seketika ingatannya tertuju akan dirinya. Dia yang juga di tinggal ke surga oleh ibunya pas masih kecil. Meskipun setelahnya dia mendapatkan ibu pengganti, nyatanya dia tetap merasa sendiri di dunia ini, dan tanpa sadar Alexandra justru menyentuh dadanya , kelopak matanya terasa panas dan berat, lalu tanpa sadar dia justru mengangguk dengan senyum terbaiknya.
"Ooh tentu saja. Kau boleh memanggilku, Tante ,Mommy, atau apapun yang kau inginkan, tapi...!"
"Horee... Horee... Aku punya Mommy!"
Belum selesai kalimat yang ingin Alexandra ucapkan, saat tiba-tiba bocah perempuan itu bersorak kegirangan seraya memeluk leher Alexandra.
"My princess...!" panggil bocah laki-laki itu lagi dan bocah perempuan itu buru-buru menarik tangan Alexandra untuk ketengah taman, memperkenalkan Alexandra sebagai ibunya pada para bocah laki-laki di sana.
"Exel... Kemarin kau bertanya di mana Mommy aku kan? Nah ini... Ini Mommy aku. Cantik kan!" bocah perempuan itu berseru dan tiga orang bocah laki-laki di taman itu langsung mendongak ke arah Alexandra, dan Alexandra hanya tersenyum sambil mengangguk.
"My princess...!"
"Mommy ku cantik kan? Ayo kenalan dulu!" ujarnya dan Alexandra mengulurkan tangannya pada bocah laki-laki di depannya, dan bocah laki-laki itu mengangguk.
"Cantik my princess. Cantik banget. Sama cantiknya sama kamu!" ucap Axel, karena begitu lah faktanya.
Bocah cantik itu kembali menarik tangan Alexandra, mengajaknya berlari ke arah lain dari taman itu, dan Alexandra hanya mengikuti.
"My princess... Kamu mau kemana?!" teriak Axel .
"Mau pulang. Mau kasi tau Daddy, kalo Mommy udah ketemu!" jawabnya tanpa menoleh , dan ajaibnya Alexandra hanya manut saja mengikuti langkah bocah itu, sampai masuk ke salah satu rumah besar di pinggir taman. Hanya sekitar lima belas meter dari trotoar taman itu.
"Hey... Tunggu dulu...!" Alexandra menahan langkahnya.
"Ayo Mommy. Kita temui Daddy. Daddy ada di sana!" Tunjuknya ke arah sisi taman rumah besar itu.
"Tapi..."
"Daddy... Daddy... Liat... Mommy udah ketemu!" teriaknya dan untuk sesaat langkah Alexandra terhenti di tengah halaman rumah besar itu , karena....