Beberapa hari berlalu.
Ternyata sampai hari itu Lucas tidak kembali ke rumah orang tuanya, tidak juga datang menemui Alexandra untuk menenangkan suasana hati Alexandra. Namun meski begitu, kedua belah pihak keluarga tetap melanjutkan rencana pesta pernikahan Lucas dan Alexandra yang akan di gelar akhir pekan ini. Bahkan Alexandra sudah jauh hari memesan gaun pengantin untuk dia dan Lucas, dan rencananya hari ini mereka akan melakukan photo prewedding di salah atau studio photo yang keluarga Lucas pesan.
Sudah lebih dari dua jam Alexandra menunggu di studio itu, tapi belum ada tanda-tanda Lucas akan datang.
Sudah berkali-kali Alexandra mencoba menghubungi nomor ponsel Lucas, akan tetapi tidak satupun panggilannya yang diterima oleh laki-laki itu hingga mau tidak mau Alexandra harus menghubungi asisten pribadi Lucas, dan benar saja panggilan Alexander langsung diterima tepat di dering kedua.
"Ya hallo!" sapa seorang laki-laki di seberang telpon.
"Make... Aku ingin bertanya. Apakah kau sedang bersama Lucas? Jika iya, tolong ingatkan pada Lucas jika siang ini kami ada jadwal photo prewedding, dan aku sudah menunggu hampir satu jam di studio photo, tapi dia masih juga belum sampai!" ujar Alexandra to the poin.
"Maaf Nona Alexandra. Saat ini saya sedang tidak bersama Tuan Lucas!" jawabnya datar.
"Kau sedang tidak bersama Lucas! Bagaimana bisa? bukankah kau ini adalah asisten pribadi Lucas ? Harusnya kau selalu ada di sekitar Lucas?!" ujar Alexandra heran.
"Iya benar Nona... tapi dari kemarin Tuan Lucas meminta saya untuk meninggalkannya beberapa saat, dan tentu saja saya tidak bisa mendebat keinginan Tuan Lucas!" balas Mike, asisten pribadi Lucas.
Laki-laki yang sudah menemani Lucas hampir sepuluh tahun, mengurus segala keperluan Lucas. Mulai dari urusan pakaian sampai makanannya. Laki-laki yang merupakan sahabat kental Lucas itu langsung mengambil alih jabatan asisten pribadi Lucas begitu Lucas memegang jabatan CEO.
"But why?!" Alexandra sedikit heran tapi detik berikutnya dia justru mendengar helaan nafas lelah di seberang telepon.
"Tuan Lucas Leiva sedang menemani Nona Jane dan putrinya, yang baru kembali dari luar negeri beberapa hari yang lalu, dan tentu saja saya tidak bisa mengganggunya saat bersama Nona Jane!" jawab Mike dan setelahnya Alexandra mengerti. Sangat mengerti.
Dia lantas memutuskan panggilan telepon itu setelah mengucap kata terima kasih pada Mike.
Alexandra Gottardo mengenal siapa Jane Austen. Dia adalah Putri dari keluarga bangsawan, dan Alexandra tahu dari dulu Lucas memang mencintai wanita itu. Jane adalah wanita yang Lucas cintai dari zaman mereka masih duduk di bangku SMP. Namun enam tahun lalu, Jane di jodohkan dengan seorang putra bangsawan yang berasal dari Jepang, dan saat itu Lucas merasa patah hati, lalu menerima perjodohan dengan keluarga Gottardo. Yaitu Alexandra Gottardo.
Alexandra sendiri adalah putri tertua keluarga Gottardo. Dia adalah putri dari mendiang istri pertama Gottardo. Putri yang akan di gadang-gadang mewarisi kekayaan juga aset dan perusahaan keluarga dari pihak ibunya, dan Gottardo sendiri kini sudah kembali menikah dan memiliki satu orang putri dan satu orang putra dari pernikahan keduanya, dan Nyonya Gottardo sedang mengusahakan agar putranya yang akan meneruskan bisnis keluarganya. Bukan Alexandra, terlebih lagi dia mendapat dukungan penuh dari sang suami , Tuan Gottardo sendiri.
Setelah mendengar pengakuan Mike tentang keberadaan Lucas, Alexandra akhirnya melakukan sesi photo prewedding sendiri, karena pikirnya Lucas tidak mungkin datang ke studio itu. Namun dia juga berpikir jika Lucas bisa melakukan photo prewedding nanti saja, toh pihak fotografer bisa saja melakukan editing untuk dua photo agar dijadikan satu dan hal itu sudah cukup familiar di kalangan masyarakat modern, dan menurut Alexandra sendiri itu hal yang sangat wajar, mengingat Lucas sendiri memiliki banyak kesibukan di luar sana.
Namun baru saja Alexandra melakukan lebih dari lima belas pose photo, tiba-tiba Lucas datang dengan setelan jas mewahnya.
Senyum di wajah Alexandra langsung terlihat begitu manis. Sungguh harapannya untuk benar-benar bersanding dengan Lucas akan segera terwujud. Namun sayang seribu sayang saat dia menoleh ke arah belakang Lucas , ternyata Lucas justru tidak datang sendiri, melainkan Lucas datang bersama Jane juga Putri wanita itu.
Meski otak Alexandra sedikit tidak menyangka jika saat ini Lucas justru membawa Jane ke hadapannya, nyatanya Alexandra tetap bisa berpikir positif dengan beranggapan bahwa mungkin saja Lucas benar-benar hanya sedang menemani Jane yang sedang berada di dalam negeri seperti yang sebelumnya Mike katakan padanya, dan iya, Lucas sudah datang ke photo prewedding mereka saja Alexandra sudah merasa luar biasa senang juga lega.
"Oh akhirnya kau datang juga Luke...!" seru Alexandra penuh kelegaan, tapi ekspresi wajah Lucas justru terlihat datar.
"Daddy. Aku mau di photo juga. Aku mau di dandani seperti wanita itu!" Gadis kecil, putri Jane itu berseru sambil menunjuk ke arah Alexandra.
Lucas tersenyum begitu manis, dia lantas berjongkok di hadapan bocah cantik itu untuk menyamai tinggi mereka lalu berucap. "Oh... Jadi kamu mau menjadi pengantin kecil?!"
Bocah cantik itu langsung mengangguk seraya memamerkan barisan giginya yang terlihat tumpang tindih tapi aura cantiknya memang tidak bisa disembunyikan.
"Mau. Mau, aku mau daddy. Kita bisa photo bertiga. Aku , Daddy juga Mommy. Aku belum punya photo seperti itu sama Daddy!" ujar bocah cantik itu lagi.
"Jelita. Gak boleh ngomong gitu sayang. Daddy Luke datang ke sini untuk melakukan photo prewedding bersama Tante ini, jadi..."
"Gak mau. Aku gak mau Daddy photo sama wanita itu. Pokoknya aku mau Daddy photonya sama Mommy. Bukan sama wanita itu!" ucap bocah cantik bernama Jelita itu, hingga membuat Alexandra merasa nyeri di hati.
"Luke... Apa-apaan ini? Kenapa kamu membawa mereka ke sini. Bukankah...!" Alexandra merasa tidak masuk akal saat bocah perempuan itu dengan lantang dan tidak sopan menunjuk ke arahnya dengan tangan kirinya, bahkan dengan lantang mengatakan jika dia tidak setuju jika Alexandra melakukan photo prewedding dengan Lucas. 'Oh... My God!'
"Alexandra dengar kan aku. Jane dan putrinya baru kemarin kembali ke negara ini, dan kemarin mereka juga sempat mengalami inciden saat menuju kediamannya. Jelita merasa trauma, dan dari kemarin dia terus berteriak takut. Aku tidak bisa membiarkan nya sendiri, jadi tadi aku terpaksa membawanya ke mari!" jelas Lucas dan bocah perempuan itu terlihat bersembunyi di belakang pinggang Lucas.
"Tapi Luke...!" Alexandra.
"Daddy. Siapa wanita itu? Kenapa dia berbicara seperti itu sama Daddy. Aku gak suka!" Kembali bocah perempuan itu menunjuk ke arah Alexandra dengan tangan kirinya, dan Jane buru-buru menurunkan tangan putrinya.
"Jelita. Tenanglah. Gak boleh seperti itu Sayang!" Jane basa-basi, padahal sebenarnya dia merasa jijik ketika melihat Alexandra masih begitu terobsesi dengan Lucas. 'Dan apa ini... mereka ingin melakukan photo prewedding. Ooo dasar wanita bodoh. Harusnya dia sadar jika Lucas tidak mencintai nya, bukannya bersikap keras untuk tetap memaksakan diri tetap menikah dengan Lucas!' batin Jane, sambil mencibir. Ekspresi wajahnya sangat mengejek.
"Pokoknya aku gak mau Daddy photo sama wanita itu. Aku maunya Daddy photo sama Mommy saja!" Jelita berkali-kali menghentakkan kakinya, benar-benar tidak mau membiarkan Lucas melakukan sesi photo prewedding bersama Alexandra.
Alexandra mulai kesal dan kehabisan kata-kata untuk mendebat bocah perempuan itu, karena jika dia tidak bisa mengontrol emosinya, bisa dipastikan dia akan berbicara kasar saat ini dan sikap itu justru akan menciptakan kesan tidak baik di hadapan Lucas. Itu tidak boleh terjadi. Dia harus tetap bersikap baik di hadapan Lucas atau resikonya Lucas akan merasa tidak nyaman atau malah tidak suka.
Alexandra tidak mau itu dia tidak mau Lucas berpikir bahwasanya dia kekanak-kanakan dan tidak mau mengalah dan lebih memilih berdebat dengan seorang anak kecil, meskipun menurut Alexandra sendiri ucapan bocah perempuan itu benar-benar sangat menyinggung perasaannya.
"Jelita...!" Jane ingin menenangkan putrinya , tapi Lucas lebih dulu angkat suara.
"Jane. Tenanglah. Biarkan saja seperti itu. Jelita masih anak-anak. Dia masih belum tau apa-apa. Lagi pula harusnya kita sebagai orang dewasa yang berpikir bisa memahami kondisi saat ini!" ucap Lucas terdengar lembut, tapi Alexandra masih di buat terpaku, dan Jane hanya mengangguk.
Lucas lantas menghampiri Alexandra. Dia berdiri di depan Alexandra dengan jarak hanya satu meter, akan tetapi dari jarak itu Alexandra bisa mencium aroma parfum yang saat ini Lucas gunakan. Aroma yang sedikit berbeda dari aroma yang biasa laki-laki itu pakai. Aromanya cukup kuat tapi juga lembut. Alexandra tahu, tahu jika parfum ini adalah produk dari negara lain, Bulgoria.
"Alexa... Jika kau sudah selesai melakukan photo, kamu bisa pulang lebih dulu. Jelita tidak ingin melihat aku dan kamu photo bersama, dan aku tidak bisa untuk tidak mengabulkan keinginannya!" ucap Lucas dengan intonasi yang terdengar dingin.
"Luke... Oh apa-apaan ini! Jangan sampai hanya karena anak kecil yang tidak menginginkan kita photo bersama lantas kau...!"
"Jangan mendebat ku sekarang Alexandra. Lagi pula aku bisa melakukan sesi photo sendiri dan nanti aku akan meminta pihak fotografer untuk melakukan editing dan menyatukan photo kita. Jadi kau tenang saja. Photo prewedding kita akan tetap jadi!" potong Lucas dengan sangat cepat dan Alexandra semakin di buat emosi.
"Tapi Luke..." Alexandra ingin kembali menyanggahi, tapi lagi-lagi Lucas mengangkat tangannya untuk menghentikan segala ucapan Alexandra.
"Lagipula bukankah yang kau inginkan hanya sebuah pernikahan? Apalah arti sebuah photo prewedding sekalipun tidak ada, Alexandra. Jadi stop bersikap kekanak-kanakan!" potong Lucas setelahnya.
"Luke...!" Alexandra.
"Pergilah. Aku akan menemui mu sore nanti!" ucap Lucas yang membuat Alexandra langsung diam dan detik berikutnya dia justru terlihat menghentakkan kakinya sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu dan kembali ke ruang ganti. Mengganti gaun pengantin yang dia gunakan dengan pakaian yang sebelumnya dia kenakan saat datang.
Sungguh... Rasa sakit di hati Alexandra benar-benar meremas jantungnya. Harga dirinya benar-benar terluka dengan semua ini, tapi detik berikutnya dia justru.....