Aleeya bahkan belum sempat merapikan napas ketika gerbang rumah Kaivandra sudah dia dorong hingga terbuka lebar. “Makasih, Mas Kevin!” serunya sambil melambaikan tangan cepat ke arah mobil yang baru saja mengantarnya. Tanpa menunggu balasan, gadis itu langsung setengah berlari menuju pintu rumah tetangganya—yang kini terasa lebih seperti ladang uji mental daripada sekadar tempat bertamu. “Assalamualaikuuuumm!” serunya, nyaris kehabisan napas. Tak ada jawaban. Dengan hati-hati Aleeya menyelinap masuk, tangannya masih menggenggam kotak kecil berisi kue pukis hangat—kue favoritnya. Agak aneh tapi begitulah Aleeya. Bawa oleh-oleh makanan yang disukai. “Mas Kaivandra—” panggilnya manja sambil masuk ke ruang tengah. Dan benar saja. Pria itu duduk di sofa, berselimut sampai pinggang, wajah

