Bukan Mami Naura Kalau Diam Dilecehkan

983 Kata

Supermarket di sudut jalan raya cukup ramai pagi ini. Deretan sayuran segar dan rak-rak bahan masakan penuh ibu-ibu berdaster, sesekali terdengar suara diskon dari pengeras suara yang mendengung pelan. Mami Naura melenggang anggun dengan keranjang di tangan. Penampilannya sederhana namun tetap berkelas. Sepatu datarnya berbunyi pelan menyentuh lantai, sementara matanya fokus memilih tomat merah segar di rak buah. Hingga… “Naura?” Mami Naura menoleh. Senyum refleks mengembang begitu melihat sosok seorang wanita tua berdandan rapi dengan tas belanja kulit dan rambut disanggul elegan: Eyang Hani, nenek dari Kaivandra. “Oh, Eyang Hani! Apa kabar?” sapa Mami Naura hangat, dengan nada ramah yang tulus. Eyang Hani membalas senyum tipis, lebih ke arah sopan santun sosial ketimbang ketulusan.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN