Masih Menginginkan Bekasku??

1501 Kata
Maxime keluar dari dalam ruangan dan melihat pria, yang adalah anak dari pamannya itu di sini. Alias, mantan calon suami dari istrinya sekarang. Pria itu berjalan dengan semakin cepat dan langsung merengkuh kerah pakaian, yang melekat di tubuh Maxime. "Dimana Megan, Max! Kemana kamu membawanya!!" seru Freddy, yang Maxime kira datang demi ayahnya. Tetapi ternyata, malah demi wanita yang sedang mengandung anaknya itu. Maxime tersenyum miring dan nampak tak menjawab, pertanyaan dari sepupunya itu sendiri. "Max! Aku tanya kemana kamu membawa dia!! Kamu kemana kan calon istriku, Max!" seru Freddy dan untuk yang satu ini, tentu saja Maxime tidak akan diam lagi. "Calon istri??" ulang Maxime. "Dia sudah bukan lagi calon istrimu. Jadi, untuk apa lagi kamu mencarinya huh?? Sudah. Lupakan saja dia. Tidak ada gunanya lagi kamu mencarinya. Memangnya, kamu masih menginginkan bekasku hm??" "A-apa? Apa maksudmu??" ucap Freddy, yang seketika menjadi gagap. "Apa semuanya masih belum jelas?? Apa kamu tidak mendengar, saat aku bercinta dengannya malam itu?? Aku benar-benar tidak menyangka, kamu sudah melewatkan hal yang satu itu. Tetapi sekarang, aku bahkan bisa menikmatinya, hampir setiap hari. Dia benar-benar...," BUGH!! Satu bogem mentah melayang, hingga Maxime jatuh tersungkur di bawah. Namun, bukannya membalas, Maxime yang berada di bawah sana malah tersenyum dan juga tertawa. Ia sudah menang. Ia sudah merampas semua, yang telah diambil oleh ayah dari pria ini dan termasuk, mengambil apa yang dimiliki oleh pria ini juga. Jadi, apa lagi yang ia harapkan sekarang?? Untuk apa lagi, ada perkelahian, bila ia sudah menang telak. Tetapi yang masih belum merasa kalah itu, malah kembali kalut dan menarik kerah pakaian Maxime lagi saja. "Aku serius, Max! Dimana kamu sembunyikan dia?? Aku ingin bicara dengannya! Aku ingin bertemu dengannya!!" seru Freddy dengan terbakar api amarah. Calon istrinya dibawa sepupu sendiri, siapa yang tidak marah? Apa lagi, pernikahan mereka yang hanya tinggal sebentar lagi itu, harus selesai secara sepihak. "Kamu sudah tidak berhak atas dia lagi. She's mine. Dia itu milikku sekarang. Jadi, tidak perlu mencarinya lagi. Karena kamu tidaklah berhak atas diri Megan sedikitpun, Fred. Terima saja, bila kamu sudah kalah dariku," ucap Maxime sembari membuat lengkung senyuman, yang terlihat sangat menyebalkan di mata Freddy. Seperti mengejek. Atau memang malah benar-benar sedang mengejek. Freddy hendak melayangkan kepalan tangannya lagi. Tapi untuk yang kali ini Maxime mengelak. Dia juga mendorong tubuh Freddy dan bangkit, lalu mengusir Freddy dari sini. "Pergilah dari sini! Kamu dan ayahmu itu, tidak memiliki hak apapun di sini!" cetus Maxime. Akan tetapi, pria itu tidaklah mau pergi kemana-mana. Dia masih penasaran, dimana sepupunya ini menyembunyikan Megan. Dia ingin bicara langsung kepada wanita itu, yang pergi tanpa pamit dan malah ada bersama dengan sepupunya sendiri. "Ayo, tunggu apa lagi?? Apa perlu, aku menyuruh satpam untuk menyeret mu keluar dari sini?? Aku rasa, kamu tidak mau hal itu terjadi kan??" Freddy berdecak kesal. Akan sangat memalukan, bila ia sampai diseret keluar. Karena memang, perusahaan ini adalah milik mendiang ayah dari sepupunya itu. Mau tak mau, Freddy pun akhirnya berbalik dan pergi dari hadapan Maxime. Bahkan bukan hanya dari hadapannya saja. Melainkan, dari perusahaan ini juga. Maxime menghela nafas. Sekarang, apa yang sebaiknya ia lakukan?? Perusahaan ini, perlu dijalankan agar tidak bangkrut kan?? Sepertinya, ia harus keluar dari tempat persembunyiannya. Ia harus meneruskan bisnis keluarga. Namun juga, tanpa berhenti dari pekerjaan utamanya. Karena, dari sanalah, ia bisa mendapatkan uang dan juga kekuasaan. Dari sana jugalah, ia akhirnya bisa membongkar kebusukan dari pamannya itu sendiri. Maxime pun memutuskan untuk pergi juga dari perusahaan itu dan mulai besok, akan ia kelola sendiri perusahaan ini. Karena bagaimana pun juga, perusahaan ini adalah peninggalan sang ayah. Hanya tinggal ini juga, satu-satunya peninggalan yang masih tersisa. Yang lainnya?? Sudah dijual bahkan diklaim oleh pamannya yang busuk itu. Sementara itu di tempat yang lain. Megan yang sedang asyik menikmati makanan, tiba-tiba saja langsung terdiam. Ia kerutkan dahinya dan kemudian, ia melirik ke bawah dengan perlahan, ke arah kaki kanannya yang polos tanpa tertutupi helaian kain itu. Ia perhatikan sekilas, sosok hewan, yang sedang merayap di kakinya saat ini. Lalu, jeritan nan kencang itu malah ia lontarkan dari mulutnya. "Kyaaaaaaaaaaaaa!!" Pria yang sedang duduk di sofa sontak membeliak. Ia pun segera mengeluarkan pistol dari dalam saku celananya dan berlarian ke dapur. "Ada apa??" tanya Gerald dan reflek Megan melompat ke depan tubuh Gerald dan mendekapnya dengan sangat erat. "Itu! Kecoak di sana hiii!" seru Megan sembari menunjuk dengan satu tangannya dan tangan lainnya sedang ia gunakan untuk menahan tubuh agar tidak jatuh. Gerald mengarahkan pistolnya pada hewan yang diam di dekat kaki kursi, lalu menarik pelatuknya sebanyak dua kali dan seketika mengenai hewan itu tadi. "Sudah. Sudah mati," ucap Gerald kepada wanita, yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat ini. Megan diam terpaku. Lalu menoleh ke belakang dan melihat binatang yang tadi, sudah tak keruan lagi bentuknya. Lega sudah. Hanya saja, saat ia memutar kepalanya lagi ke depan dan melihat dari jarak yang sangat dekat, seseorang yang tengah ia naiki tubuhnya ini dan orang tersebut, kini tengah menatapnya dengan intens dan juga, hingga Megan tersadar, berada dimana tubuhnya saat ini. "M-maaf. T-tadi aku reflek," ucap Megan yang terburu-buru turun dari tubuh Gerald. Malu sekali. Tapi ia benar-benar tidak sengaja melakukannya tadi! "Iya. Santai saja," timpal Gerald, yang kini kembali keluar lagi dan duduk pada sofa lagi. Gerald duduk diam di sofa. Terlihat sedang melamun. Namun, ia tetap penuh kesiagaan dan juga, memasang indra pendengarannya dengan tajam. Ada sedikit suara saja, ia pasti mendengarnya. Apa lagi, teriakan yang hampir memecahkan gendang telinga seperti yang tadi. Gerald menghela napas dan menyentuh dadanya, lalu mengusap-usap dengan perlahan. Agar detakan jantungnya yang kencang ini dapat berhenti. Kaget karena teriakan. Sekaligus kaget, karena dijadikan sebuah panjat pinang, oleh seorang perempuan. Sebab sudah lama sekali, ia tidak dekat-dekat dengan perempuan manapun. Rasanya seperti biksu saja. Tetapi hari ini, justru jantungnya sendiri malah terasa akan lepas. Wanita yang sempat membuat kehebohan di dapur itu pun akhirnya datang dan duduk pada sofa lain, di sebelah Gerald duduk. Ia garuk-garuk kepalanya dan ia berkali-kali menoleh kepada Gerald, dengan rasa tak enak bercampur dengan rasa malu juga. "Em, maaf soal yang tadi ya?? Aku benar-benar tidak sengaja. Aku takut. Jadinya aku reflek naik," ucap Megan, dengan penuh penyesalan. Bibirnya sudah mengerucut bahkan dahinya juga mengerut dan di dalam dadanya, tersimpan rasa bersalah. "Santai saja. Tidak perlu dipikirkan," jawab Gerald dengan santai seraya melakukan hembusan nafas. "Em, terima kasih juga. Sudah bunuh kecoaknya tadi," ucap Megan. "Sama-sama," jawab Gerald yang benar-benar singkat. Sudah tidak ada lagi pembahasan, kedua-duanya malah saling diam. Tapi Megan yang ini mencairkan suasana itupun, akhirnya mengajak pria ini untuk mengobrol lagi. "Kamu...," Baru satu patah kata yang keluar. Pria yang tadinya hanya duduk tenang di sofa, kini malah tiba-tiba bangkit dari sana dan meninggalkannya begitu saja. Megan berdecak. Sudah ingin mencairkan suasana dan malah ditinggal. Padahal, ia sudah susah payah merangkai kata di dalam kepala. Sudah memikirkan baik-baik, hal apa saja yang ingin ia katakan dan juga tanyakan. Megan garuk-garuk kepala. Jadi bingung, ingin melakukan apa. Bosan hanya diam. Ada orang pun, malah menghindar ketika diajak mengobrol. Megan rebahkan tubuhnya di atas sofa saja. Tidak berniat untuk tidur. Namun lama-lama kelamaan, kelopak matanya malah sudah tertutup rapat saja. Ia terlelap, dengan sangat nyenyak. Hingga yang tadi pagi pergi, sudah kembali lagi ke sini. Tapi tidak langsung membangunkannya. "Sudah beres??" tanya Gerald, yang dengan sengaja berjaga di depan pintu. "Iya. Sudah. Aku sudah membereskan semuanya. Tetapi sepertinya, aku harus pindah dari sini. Aku, perlu mengurus perusahaan juga. Hanya tinggal itu satu-satunya peninggalan ayahku yang tersisa. Aku tidak mau, sampai pamanku yang tamak itu menikmati hasil kerja keras ayahku. Tapi tenang saja, aku tidak akan pernah lupa dengan tugas utamaku. Aku akan tetap ikut, saat misi dilakukan. Oh iya, dimana Megan??" tanya Maxime, yang sedari tadi tidak mendengar suara maupun melihat wujud dari perempuan yang merupakan istrinya itu. "Ada di dalam. Dia sedang tidur. Tidur di sofa," jawab Gerald. "Benarkah??" ucap Maxime yang bergegas masuk dan berjongkok di dekat Megan yang tengah terlelap. Maxime tersenyum lebar. Matanya pun nampak berbinar, saat melihat Megan yang sedang terlelap seperti bayi itu. "Dasar. Kenapa kamu malah tidur di sini?" ucap Maxime dengan suara yang pelan dan lembut. Gerald segera menghimpit kedua tangannya di ketiak dan mengembuskan nafas dengan cukup panjang. Saat melihat tingkah 'manis' seorang pria, yang tadinya penuh dengan ambisi ini. "Ya sudah. Kalau memang ingin pindah. Biar aku yang memegang persenjataan kita di sini. Tapi, kamu juga harus lebih hati-hati. Musuh ada dimana-mana dan ada di sekitar kita. Jangan sampai lengah dan jangan sampai, seorang istri menjadi penghambat di tengah jalan," ucap Gerald bak sebuah sindiran, bagi pria yang antara sadar tidak sadar, sedang merasakan kasmaran dengan wanita yang dinikahinya ini. "Iya. Tenang saja. Aku pasti akan lebih berhati-hati. Aku akan jaga diri dan juga, menjaga mereka dengan baik," ucap Maxime sembari memandangi Megan. "Ya sudah. Aku pergi dulu. Aku akan mengemasi pakaian dan barang-barangku dan akan kembali lagi ke sini nanti malam," ucap Gerald, yang sudah mulai merasa mual, saat melihat pria yang ada di sana itu, tengah mengelus-elus pipi wanita, yang sedang terlelap di atas sofa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN