Kuberikan senyum tipis, tidak terlalu lebar, tapi cukup untuk menunjukkan bahwa aku tidak terpengaruh oleh kata-katanya. "Kenapa Mbak Rani iri?" tanyaku dengan suara tenang. Wanita di depanku terlihat melototkan matanya, terkejut mungkin dia tidak menyangka aku berani melawan ucapannya. Dulu, ketika Mbak Rani menghinaku dan meremehkanku, aku akan diam dan tidak membantah. Rayyan pernah bilang kepadaku untuk turuti saja apa yang dikatakan Mbak Rani, tidak perlu membantahnya, karena sebentar lagi kami akan menikah. Tapi sekarang, sudah berbeda. "Hei, Kirana! Sekarang kamu berani ya menjawab perkataanku!" bentaknya, tidak terima dengan keberanianku. "Aku tidak takut menghadapimu," jawabku dengan tenang. Mbak Rani melirikku dengan pandangan masih meremehkanku. "Aku bersyukur Rayyan tidak