Huma tidak mau pulang, tetapi dia harus. Andai dirinya sudah besar. Setidaknya sampai nanti lulus SMA saja ... sekarang harus sabar dulu. Karena hidup sebatang kara di ibu kota, Huma rasa tak akan mudah. Jadi, pulang .... "Di sini rumahnya, Neng?" Oh, iya. Yang mengantarkannya Bi Ayun dan pak sopir. Katanya, mami Gav sedang ke luar kota ikut perjalanan dinas suami beliau, lalu Gav dan Nana masih di sekolah. Kan, ini masih pagi. "Iya, Bu. Terima kasih, ya. Terima kasih, Pak." Tadi Huma sudah minta berhenti di sisi gang kecilnya. Tak disangka, Bi Ayunnya ikut. Duh, Huma merasa tak enak dan serba salah. "Nggak apa-apa, Neng. Ayo!" Baiklah, Huma berjalan bersama Bi Ayun melewati gang kecil itu. Huma penasaran dengan isi kepala beliau tentang perjalanan menuju ke rumahnya ini, apakah sem