Ihsan tidak berhenti tersenyum saat menyetir menuju gedung Rukmana. Terbayang-bayang di benaknya momen panasnya dengan Mia, lalu Mia yang membalas cintanya. Dia tahu ini sulit, dan Mia yang juga menyadari hal ini. Dia akan memilih menunggu waktu yang tepat, yakin Mia juga yang mau menunggu. “Halo.” Ihsan menerima panggilan dari seseorang. “Ihsan.” “Ya, Rob?” “Sertifikat sudah selesai aku urus.” “Oke, thanks, Rob. Ini yang di wilayah Bogor?” “Ya, yang di Ranca Upas belum ada kepastian, aku akan mengabarimu.” “Oke.” Mendengar kabar ini Ihsan mendadak lapar, dan dia yang memutar arah setirnya menuju rumah makan yang tidak jauh dari gedung perusahaan. Ihsan membeli rumah dengan tanah yang luas di dua wilayah, Bogor dan Bandung, dan akan dia jadikan lahan bisnis, sekaligus tempat tin

