Harapan

1540 Kata

Asti melangkah masuk ke rumah dengan langkah tergesa, aroma sore yang lembap masih melekat di udara. Sandalnya yang penuh debu meninggalkan jejak di lantai keramik putih yang mengkilap, hasil kerja tangan kakaknya, Juwita. Pandangannya langsung tertuju pada sosok yang duduk di ruang tamu, menyandarkan tubuh lelahnya di sofa dengan tatapan kosong ke arah layar televisi. Juwita bahkan tidak menyadari kedatangan Asti. Ia terkejut ketika sebuah sandal melayang dan menghantam wajahnya. “Aduh!” pekiknya, memegangi pipi dengan tatapan bingung. Ketika ia mendongak, ia melihat Asti berdiri dengan wajah kesal. “Enak banget hidup, ya!” seru Asti dengan nada mengejek. Juwita menarik napas panjang, mencoba meredam amarah yang mulai membara. “Semua pekerjaan rumah sudah aku selesaikan,” jawabnya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN