Apartemen itu menjadi saksi bisu dari pertemuan terlarang mereka. Sinar matahari sore menembus jendela, menciptakan siluet indah di atas ranjang yang telah menjadi medan pertempuran nafsu. Juwita, dengan rambut hitamnya yang tergerai, berdiri di depan cermin, mengamati refleksi dirinya yang memikat. Bibirnya mengulas senyum nakal saat ia membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Kau tahu, aku selalu menantikan saat-saat seperti ini," bisiknya pada bayangannya sendiri. "Saat aku bisa menjadi diriku yang sesungguhnya, bebas dari segala batasan." Pintu apartemen terbuka, mengagetkan Juwita dari lamunannya. Langkah kaki yang tegas dan familiar menyapa telinganya. "Halo, sayang," suara Nathan terdengar dari belakang, memecah keheningan. Juwita berbalik, matanya melebar melihat sosok