Nathan memarkirkan mobilnya di gang sempit di depan kontrakan kecil milik Juwita. Malam itu begitu sunyi, hanya terdengar suara serangga dan sesekali deru kendaraan yang melintas di kejauhan. Ia menghela napas, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang tidak karuan. Kekhawatirannya terhadap Juwita semakin menjadi-jadi sejak ia mendengar ucapan Asti tadi siang. Setelah mematikan mesin mobil, Nathan keluar dan berjalan cepat menuju pintu kontrakan. Tangannya mengetuk pintu kayu itu dengan tegas namun tidak terlalu keras. Tidak butuh waktu lama, pintu itu terbuka, menampilkan wajah Juwita yang tampak pucat dan lelah. Namun, saat melihat Nathan, senyuman tipis terlukis di wajahnya, seolah ia lega melihat pria itu berdiri di hadapannya. “Nathan?” suara Juwita terdengar lirih, hampir sep