Asti duduk di tengah kamar yang penuh dengan kekacauan. Tumpukan pakaian yang berserakan di lantai, bingkai foto yang pecah, dan barang-barang pribadi yang terlempar ke dinding membuat suasana semakin suram. Matanya yang bengkak menatap kosong ke arah pintu yang terbuka, dan perasaannya seperti dihancurkan oleh kenyataan yang baru saja dia hadapi. Nathan, suaminya, yang dulu dia anggap sebagai pelindung dan cintanya, kini memutuskan untuk meninggalkannya demi Juwita—anak yang dia anggap sebagai "anak pungut" yang tak tahu diri itu. Pikiran Asti bagaikan ledakan yang tak bisa dia kendalikan. Rasa cemburu, marah, dan sakit hati bercampur aduk, membuat emosinya semakin tak terkendali. Baru beberapa jam yang lalu, Nathan mengungkapkan bahwa dia ingin bercerai, memilih Juwita sebagai wanita y