Laila menatap wajah suaminya, Arman, yang duduk di kursi ruang kerja rumah mereka dengan wajah penuh beban. Tangannya menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin, tapi tidak sedikit pun ia menyentuhnya. Laila tahu benar isi kepala Arman sedang berkecamuk. Ancaman dari Rara, mamanya Asti, terasa seperti badai yang menghantam keluarga mereka. Rara tidak main-main ketika mengatakan bahwa dia akan menghancurkan perusahaan mereka jika Nathan tidak segera meninggalkan Juwita dan kembali kepada Asti. “Pa, kita harus bagaimana? Aku takut ancaman Rara bukan hanya gertakan kosong,” ucap Laila dengan suara gemetar. Ia duduk di kursi sebelah Arman, mencoba mencari solusi bersama. Arman hanya bisa menghela napas panjang. Matanya yang biasanya penuh keyakinan kini tampak kosong. “Aku tidak tahu, Ma. K