Setelah menikmati waktu di pantai, Nathan dan Juwita berjalan kembali menuju hotel. Jalanan yang sepi, diterangi cahaya bulan dan lampu taman yang temaram, memberikan suasana tenang yang membuat momen itu terasa sempurna. Nathan menggenggam tangan Juwita dengan lembut sepanjang perjalanan, seolah tak ingin melepaskannya barang sejenak. Juwita tersenyum kecil, menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah. Ia merasa seperti gadis remaja yang sedang dimabuk cinta. Nathan, lelaki yang ia cintai dan sampai kini menjadi kekasihnya, membuatnya merasa begitu berharga. Ia membayangkan bagaimana rasanya jika Nathan benar-benar menjadi suaminya kelak. Hati Juwita berdesir hangat. Bahagia. Itu satu-satunya kata yang terlintas di pikirannya. Nathan yang memperhatikan perubahan ekspresi di waja