84 - Ide yang Cemerlang

1944 Kata

“Bodoh! Bodoh!” Nera terus mengumpati dirinya sendiri. Sambil melangkah pergi menjauhi kantin fakultas. Meninggalkan Aidan yang terus menerus menahannya. Sepi. Hanya ada satu dua mahasiswa yang lalu lalang melewati halaman depan kampus yang begitu luas dan asri. Angin sepoi-sepoi berhembus pelan. Menerbangkan rambut Nera. Gadis itu menghela nafas pelan. Menatap langit di kejauhan. “Sekarang jadi penasaran. Apa yang mau dibilang Kak Aidan, ya?” gumamnya lirih. Sepasang kakinya yang cukup jenjang kembali melangkah. Pelan, seperti menikmati setiap jengkal jalan setapak ini. “Apa Kak Aidan menyesal sudah memperlakukanku begitu?” ia masih berbisik lirih, pada dirinya sendiri. “Kayaknya enggak, deh. Dia ‘kan benci banget sama ayah.” “Eh?” Tiba-tiba, Nera menyadari sesuatu. Langkahnya jadi t

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN