Dikara terjebak dalam gejolak batin yang semakin menyesakkan. Ia tak lagi paham apa yang terjadi di dalam otaknya. Keyakinan dan keraguan bercampur aduk menjadi satu. Baginya, wanita itu adalah Jelita—semua hal yang ada dalam diri wanita tersebut, betul-betul mengingatkannya pada sang mantan istri. Senyuman, tatapan mata, dan aroma parfum yang terendus samar seakan mengingatkannya pada masa lalu. Namun, anehnya di hadapan Billy, ia menyebut wanita itu telah mencuri identitas Jelita. Dua kenyataan yang saling bertolak belakang itu berputar tanpa henti, membuatnya merasa asing dengan pemikirannya sendiri. Sungguhan, ia membenci wanita itu, namun disaat yang sama—ia juga sangat mencintainya. Seolah, luka lama itu belum kunjung kering, bercampur dengan kerinduan yang tak pernah redam, menimb

