Mengabarkan kondisi Juwita pada si kembar rasanya bukan opsi terbaik untuk Lisa. Bukan ia merasa sangat sulit memilih kata-kata, tetapi juga berat menahan tatapan kedua bocah itu ketika tahu sesuatu yang jauh lebih rumit, seperti siapa sebenarnya Dikara Darmawangsa bagi mereka berdua—dan juga bagi Juwita. Begitu membuka pintu suite hotel, ia memanggil seperti biasa, “Zayn, Zayan.” Suaranya terdengar biasa saja, tapi tubuhnya bergetar hebat saat kedua anak itu menoleh. Jantungnya seperti diremas. Wajah polos mereka justru membuat d**a Lisa semakin sesak, sebab keduanya sangat mirip dengan pria yang baru saja menyeret ibu mereka ke rumah sakit. Pria yang juga dua kali telah menyerangnya. Sepengetahuannya, Juwita memang kehilangan ingatan masa lalu. Tapi, entah mengapa Lisa mulai yakin bahw

