Dikara berusaha menata ulang semua yang berkecamuk di kepalanya. Ia masih sulit memahami bagaimana mungkin dua orang kembar identik bisa terpisah begitu lama, lalu akhirnya bertemu kembali di kampus dengan cara yang tidak pernah terbayangkan. Ia menimang banyak kemungkinan. Barangkali, sejak awal kehidupan mereka memang berbeda arah. Mungkin salah satunya tumbuh di tengah keluarga penuh kasih, sedangkan yang lain harus berputar-putar di tangan keluarga asuh, berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa kepastian. Perbedaan itu bisa saja membuat keduanya menjauh. Mereka mungkin saling mengenal, tapi memilih tidak mengakui ikatan darah yang sebenarnya menyatukan mereka. Sebab bagaimana mungkin seseorang bisa mengakui keberadaan saudaranya, sementara nasib mereka berlawanan. Dimana yang s

