Secepat mungkin, Dikara berusaha menghapus semua jejak insiden itu dari internet. Saat ia mengemudi, setengah jalan menuju apartemennya, ponselnya mulai berdering. Sebuah nama terpampang jelas di layar mobilnya. Billy. Dikara pun menekan tombol pada kemudi untuk menjawab panggilan tersebut. “Bukankah sudah kukatakan itu bukan dia!” pekik Billy bercampur emosi. “Kau tahu apa yang sedang kulihat sekarang?” Mendengar kalimat itu, yang ada dalam pikirannya hanyalah sebuah retorika. Tentu saja Billy tidak tahu apa yang dilihatnya. Dia sedang mengemudi dan bisa saja melihat apapun yang ada dihadapannya. “Tidak,” jawab Dikara, singkat. “Kau ada di depan umum, menyerang Juwita Lestari dan agennya dari penerbit. Semua itu sudah menyebar luas di internet. Beberapa orang merekamnya dari tiga su

