Dikara dan Billy sudah meninggalkan hotel untuk membeli ponsel baru. Ia duduk di kursi penumpang, menatap kosong ke luar jendela, membiarkan pikirannya berkelana ke tempat lain. Setiap langkah yang diambilnya, betapapun kecil, tampak seperti upaya sia-sia yang hanya memperburuk peluangnya untuk mendekati Juwita dan kedua anak mereka. Apa pun yang ia lakukan selalu tampak salah di mata Juwita. Tindakannya yang mungkin bermaksud baik, malah dianggap sebagai siasat licik, seperti usaha untuk merebut anak-anak dari pelukannya dan menggunakannya sebagai jalan masuk kembali ke kehidupannya. Juwita mengira Dikara ingin mendekat bukan karena cinta, melainkan karena keinginan memiliki. Dan meskipun ada polisi yang terus mengawasinya, mungkin benar, sebagian kecil dalam dirinya memang masih berhara

