Mobil yang dikendarai supir pribadi Dikara berhenti tepat di lobi gedung apartemen Billy. Sebelum pria itu turun, ia memandang Dikara dengan tatapan serius seraya mengingatkan. “Jangan sekali-kali menelepon atau mengirim pesan ke ponsel itu, Dik,” ujarnya. “…” “Aku rasa Juwita akan tersinggung kalau kau melanggar aturan. Dia mungkin setuju dengan syarat ini hanya untuk menguji sikapmu.” Dikara mengangguk pelan. “Aku mengerti, Billy. Tapi aku rasa, dia perlu tahu kalau aku sudah sampai di rumah. Satu pesan untuk memberitahu bahwa aku tiba dengan selamat, tidak masalah, ‘kan? Mungkin besok juga saat sampai di kantor, supaya dia tahu dimana aku bekerja. Hanya itu saja.” Billy tak langsung menjawab. Ia hanya memandang Dikara, cukup lama—seolah menimang sesuatu. Ponsel yang baru ia serah

