Di akhir pekan ini, Dikara tak henti-hentinya menampakkan senyum paling bahagia. Dua anak laki-lakinya terus saja mengirimi ia pesan—bergantian, nyaris tanpa jeda. Awalnya, ada pesan yang muncul dari si kembar dan ia tidak langsung membalas. Namun, ketika datang pesan yang lain, ia pun langsung membalasnya tanpa ragu-ragu. Me: Pagi, anak-anakku. Senang sekali bisa berbalas pesan dengan kalian. Maaf tidak langsung balas pesan kalian, ayah hanya tidak ingin ibumu mendengar notifikasi tersebut dan membuat kalian dalam masalah. Tak berselang lama, suara pesan balasan muncul. Juwita: Kami sudah mengecilkan volume notifikasinya, Ayah. Seketika Dikara tersenyum. Me: Dimana Ibu kalian sekarang?” Juwita: Menunggu orang datang. Percakapan terus berlangsung antara Dikara dan kedua anaknya

