Rendi baru saja membuka pintu kamar mandi ketika suara ketukan terdengar dari arah pintu depan. Ketukannya cepat dan cukup keras, membuatnya menghentikan langkah. Alisnya berkerut. Siapa yang datang? Tanpa banyak pikir, Rendi bergegas menuju pintu. Ia menarik kuncinya dan memutar gagang dengan cepat. Saat daun pintu terbuka, jantungnya seperti berhenti berdetak sejenak. Dewi. Ia berdiri di sana, dalam balutan jaket tipis, wajahnya masih terlihat lelah namun teguh. Tapi tatapan matanya tetap tajam. “Kamu…” suara Rendi tercekat, lalu segera berubah menjadi senyuman lega, “kamu akhirnya kembali, Wi.” Namun ekspresi Dewi tak berubah. Wajahnya datar. Dingin. “Aku cuma ketinggalan sesuatu,” ucapnya pelan tapi tegas. Sebelum Rendi sempat berkata apa-apa, Dewi sudah melangkah masuk ke dala

