Pintu besar ballroom perlahan terbuka, bunyinya berderit halus namun cukup untuk membuat seluruh ruangan hening. Musik lembut dari biola masih mengalun, menambah dramatis suasana. Dari balik cahaya lorong, langkah Dewi akhirnya tampak. Ia berjalan perlahan, gaun putihnya menjuntai anggun, menyapu karpet seakan setiap pijakannya adalah bagian dari prosesi sakral. Di sisi kirinya, Inneke menggandeng lengan Dewi dengan penuh kebanggaan, sementara Patricia mengikuti di belakang dengan buket bunga. Tamu undangan seakan terhipnotis. Bisikan-bisikan takjub terdengar lirih, tapi Sadewa sama sekali tak peduli pada apa pun selain pada sosok yang kini perlahan mendekat. Matanya membelalak sejenak, lalu melembut, basah oleh emosi. “Masya Allah… cantik sekali.” Hatinya bergetar hebat, tubuhnya seaka

