Rendi masih menatap pintu itu. Pandangannya kosong, tapi hatinya gelisah. Ia menggosok wajahnya, berusaha menenangkan diri, menepis rasa merinding yang perlahan menjalari tengkuknya. "Pintu bisa kebuka sendiri?" gumamnya pelan, mencoba menertawakan pikirannya sendiri. Suaranya nyaris tak terdengar, seolah ia sedang meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanyalah karena ia terlalu letih. Tapi sebelum ia bisa kembali bersandar— Sebuah tepukan pelan mendarat di lengannya. Tepukan itu membuat tubuh Rendi terlonjak ringan, dan kesadarannya langsung kembali seutuhnya. Dan ia melihat ibunya sudah berdiri tepat di samping ranjang yang ditiduri Rendi. “Ibu!” serunya refleks. Saroh mengenakan mukena putih yang membuat wajahnya tampak lebih pucat dalam cahaya lampu. “Bangun dulu. Kita perlu bicara,”

