Langkah Dewi pelan saat menuruni anak tangga gedung Pengadilan Agama. Map coklat berisi surat gugatan cerai ia peluk di d**a. Hatinya masih kacau, tapi ia mencoba tenang. Angin siang berembus ringan, menerpa jilbabnya. Tiba-tiba suara mesin mobil menderu lembut menarik perhatiannya. Sebuah mobil hitam mewah berhenti perlahan di depan gedung, begitu mengkilap dan kontras dengan kendaraan lain di sekitar. Pintu mobil terbuka. Seorang pria turun. Dewi refleks menghentikan langkahnya. Ia menyipitkan mata, mencoba mengenali sosok yang sangat ia kenal. "Sadewa...?" ucapnya pelan sekali, hampir seperti bisikan. Tapi ia segera menautkan alisnya. Ada yang janggal. Sadewa yang ia kenal dulu—muridnya sepuluh tahun lalu—tidak seperti ini. Pria itu kini mengenakan setelan jas abu arang yang sangat

