“Nafi, lagi sibuk atau enggak, ya?” pertanyaan Mas Usman membuatku menoleh. Aku langsung menggeleng karena memang pekerjaanku baru saja selesai. “Enggak, Mas. Ada apa?” “Kemarin kamu dipuji Pak Rivan. Jadi, aku mau kasih kamu rewards.” “Hah?” aku melongo bingung. Tiba-tiba sekali bahas rewards. “Maksudnya rewards gimana, Mas?” “Ya rewards aja. Ayo, aku traktir makan siang di kantin. Bebas, mau pilih menu apa.” “Wow! Rewards-nya instan!” seru Imam meledek. “Iri, aku, Mas.” “Dasar, kamu ini!” Mas Usman melempar kacang ke Imam, dan anak itu langsung tertawa keras. “Ini serius Pak Rivan muji aku, Mas?” tanyaku masih tak yakin. “Kaya aneh aja, soalnya.” Jujur, di sini aku bingung karena aku tidak merasa baru melakukan sesuatu. Maksudku, aku hanya melakukan apa yang sudah seharusnya. Sep