Bangun tidur, aku merasakan pergerakanku terbatas. Mataku masih terasa sangat berat untuk membuka. Aku benar-benar masih mengantuk. Jam berapa sekarang? “I-iiih, kok susah, sih!” aku mulai kesal karena selimut yang kukenakan sulit diangkat. Aku juga merasakan pinggangku tertimpa beban yang agak berat. “Hmhhh!” Aku tersentak ketika mendengar tarikan napas berat. Mataku langsung membuka, dan yang pertama kali kulihat adalah jakun yang menonjol di leher. Mataku perlahan naik, kini wajah Mas Kianlah yang langsung terlihat. Aku buru-buru menyingkirkan tangan yang menimpa pinggangku, lalu bangun. Aku refleks menutup mulut begitu sadar kalau akulah yang melewati batas. Pembatas selimut yang semalam kupasang di tengah sudah melorot. “Kok bisa, sih? Padahal jaraknya jauh banget!” Aku memukul